Ini Alasan Bos OJK Terus Pangkas BPR

Ini Alasan Bos OJK Terus Pangkas BPR

Samuel Gading - detikFinance
Sabtu, 23 Mar 2024 14:00 WIB
Ilustrasi Gedung Djuanda I dan Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkap alasan pihaknya terus memangkas Bank Perekonomian Rakyat (BPR). Apa itu?

Mahendra mengatakan perampingan BPR ini dilakukan agar sistem keuangan di Indonesia bisa tetap terjaga. Oleh sebab itu, BPR yang dinilai tak sehat mulai dipangkas OJK. Meski demikian, OJK tak menargetkan jumlah BPR yang akan dipangkas.

"Pertama kita nggak menyebut angka ya. Artinya bukan dari segi angka itu yang menjadi target, tapi lebih pada upaya untuk memang betul-betul langkah yang membuat penyehatan dan tentu memperkuat kondisi dari BPR, BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)," tutur Mahendra di Hotel Kempinsi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (22/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahendra kemudian menjelaskan, bahwa OJK hanya memangkas BPR yang tidak memenuhi persyaratan dan ketetapan yang ada. Sejumlah ketetapan itu seperti kondisi kesehatan, governance, dan tingkat risiko fraud.

"Bahwa dalam pelaksanaannya itu ada BPR yang tidak memenuhi persyaratan dan ketetapan yang kami lakukan, tentu ada sanksinya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Bahwa jumlah dari BPR yang tidak memenuhi syarat tadi itu ya dengan sendirinya harus dikurangi. Tapi bukan berarti jumlahnya itu sendiri menjadi target, itu konsekuensi langkah-langkah penyehatan yang kami lakukan," imbuhnya.

Pada kesempatan berbeda, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkap kemungkinan jumlah BPR yang akan ditutup tahun ini bakal mencapai 20 bank. Lalu awal 2024, setidaknya ada tujuh BPR yang telah dicabut izin usahanya oleh OJK.

"Kemungkinan akan mencapai 20 (BPR) yang ditutup. Itu kan sudah ditutup sebetulnya, sudah ditutup. Tinggal likuidasinya (pembubaran) saja," ujar Dian Ediana Rae, ditemui usai acara Outlook Perbanas di Hotel Kempinski Jakarta Pusat, Jumat (22/3).

Meski demikian, menurut dia sebenarnya kinerja BPR dalam kondisi baik tahun ini yang jumlahnya sekitar 1.500. Namun, ada beberapa yang memang harus mengalami kebangkrutan karena kondisi internal yang sudah tidak sehat.

"BPR itu bagus, BPR itu kan banyak, lebih dari 1.500. Pertumbuhannya bagus, cuma ada BPR-BPR tertentu yang bermasalah karena ada fraud ada governance yang buruk dan lain sebagainya. Nah ini kita tidak boleh membiarkan apa lagi zombie zombienya tidak diselesaikan," terangnya.

(fdl/fdl)