Cegah Uang Palsu, Pengusaha Hotel-Restoran Sepakat Pakai QRIS

Retno Ayuningrum - detikFinance
Minggu, 11 Agu 2024 12:26 WIB
Ilustrasi pembayaran menggunakan QRIS - Foto: Esti Widiyana
Jakarta -

Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) semakin meningkat. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sepakat penggunaan pembayaran digital, seperti QRIS dapat mencegah penipuan hingga terhindar dari uang palsu.

Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan penggunaan QRIS di industri hotel hingga restoran, baik perkotaan maupun daerah semakin meningkat. Bahkan penggunaannya sudah mencapai 80% lantaran dinilai lebih mudah.

Menurutnya, saat ini penggunaan QRIS di hotel sudah semakin masif. Tak hanya digunakan saat memesan kamar penginapan, tapi juga sudah sampai ke room service.

"Beberapa tahun lalu pembayaran room service di hotel itu biasa pakai cash atau pakai mesin EDC (Electronic Data Capture), tapi sekarang sudah pakai QRIS, jadi lebih mudah dan cepat," ujar Maulana dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (11/8/2024).

Dia menjelaskan para pelaku usaha hotel dan restoran merasa lebih aman dan dimudahkan dengan adanya pembayaran QRIS, terutama terhindar dari uang palsu. Selain itu, penggunaan uang yang jauh berkurang justru membantu pelaku bisnis dan tamu atau pelanggan.

Meski begitu, Maulana mengaku masih ada beberapa hambatan yang sering dialami pihaknya, seperti jaringan yang belum stabil. Hal ini terjadi pada pelaku usaha perhotelan dan restoran yang berada di wilayah kepulauan atau pegunungan. Mereka mengeluh sinyal atau jaringan telekomunikasi yang masih susah yang berdampak pada pembayaran digital, seperti QRIS.

Selain itu, pelaku usaha perhotelan dan restoran juga masih khawatir soal beberapa modus penipuan menggunakan metode QRIS seperti stiker palsu QR, menukar rekening pada QRIS, hingga phising.

"Walau belum ada laporan soal penipuan pakai QRIS di bawah perhimpunan kami, tapi soal keamanan atau safety harus ditingkatkan oleh perbankan maupun penyedia QRIS. Jadi pesan kami ada dua, Pertama soal sinyal atau telekomunikasi yang perlu diperbaiki, terutama di daerah-daerah objek wisata kepulauan atau pegunungan. Kedua soal safety (keamanan)," jelas dia.

Indra, praktisi dan juga direktur utama PT Trans Digital Cemerlang (TDC), perusahaan penyedia jasa teknologi digital mengutip pernyataan BI bahwa QRIS telah memiliki standar nasional yang mengacu pada fitur keamanan internasional.

"Artinya dari sisi keamanan tentunya jaminan menghindari adanya Fraud. Tapi seperti kata BI, semua pengawasan ini menjadi tanggungjawab bersama, baik penyedia maupun pengguna," ujar Indra mengutip pernyataan Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta Juni lalu.

Indra juga memastikan BI bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Penyedia Jasa Pembayaran (PJP), dimana perusahaanya ada di dalamnya, selalu melakukan sosialisasi dan edukasi terkait keamanan transaksi QRIS kepada para merchant.

Contoh inovasi dilakukan perusahaannya dalam produk Posku Lite untuk pembayaran melalui QRIS pada komunitas UMKM adalah memberikan insentif pendampingan literasi keuangan, seminar dan workshop digital marketing, dan insentif lainnya selama menjadi mitra.

Beberapa di antaranya adalah bermitra dengan komunitas Tamado Grop di Sumatera untuk menjangkau UMKM di Pematang Siantar, Kabupaten Samosir, Aceh, Bali dan beberapa tempat lainnya. PT TDC juga berkolaborasi dengan Forum Kewirausahaan Pemuda (FKP) Banten Bersama dan ABC Esport untuk mendongkrak laju pertumbuhan transaksi digital di Provinsi Banten melalui kegiatan Tour ABC Esport .

"Ini merupakan bagian dari kampanye kami dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) yang diinisiasi Bank Indonesia pada 2014," lanjut Indra.
Dalam kesempatan ini, Indra menyarankan perusahaan yang melakukan pendampingan dan konsultasi keuangan digital sudah memiliki ISO 9001:2015 tentang Manajemen Mutu, ISO 37001:2016 Tentang Sistem Manajemen anti Penyuapan, dan ISO 27001:2022 tentang Sistem Keamanan Informasi.

"Bentuk sederhana implementasi dari ISO itu adalah quick respon terhadap masukan dari pengguna (merchant) yang datang dari berbagai saluran informasi. ISO ini juga pertahanan diri dari kemungkinan terjadinya kebocoran data," tambahnya.




(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork