Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan nama lembaga yang dipimpinnya itu kian tersohor tidak hanya di dalam negeri, namun hingga ke mancanegara. Bahkan menurutnya saat ini Amerika Serikat (AS) meniru gaya kerja LPS.
Pada awalnya Purbaya menjelaskan pendirian LPS dilatarbelakangi oleh krisis moneter 1998 yang menyebabkan banyak bank dilikuidasi dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Saat itu 16 bank bermasalah harus ditutup, menimbulkan kepanikan di masyarakat.
Alhasil banyak nasabah langsung menarik seluruh tabungan mereka yang menyebabkan gelombang likuidasi besar-besaran. Hal ini membuat kondisi keuangan semua bank di Indonesia jatuh berantakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, kenapa LPS didirikan? Ini didirikan karena krisis 1997-1998. Pada waktu itu kita tahu krisis besar karena orang panik ketika 16 bank ditutup, semua berbondong-bondong ke bank narik uangnya, akibatnya bank jatuh, semuanya tidak terkecuali," kata Purbaya dalam acara LPS Financial Festival 2025, Surabaya, Kamis (7/8/2025).
Dari pengalaman itu, pemerintah Indonesia kemudian melihat pentingnya menjaga keamanan dana nasabah untuk mengurangi terjadinya penarikan dana besar-besaran alias 'Bank Run'. Dalam hal ini pemerintah kemudian melihat lembaga penjamin dana di Amerika Serikat (AS) yakin Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).
"Jadi kita tiru Amerika membuat FDIC versi Indonesia yang disebut Lembaga Penjamin Simpanan yang berdiri di tahun 2005," ucap Purbaya.
Meski awalnya Indonesia mencontoh Amerika, namun menurut Purbaya saat ini lembaga penjamin simpanan Negeri Paman Sam alias FDIC malah meniru dan belajar dari LPS. Terutama dalam hal sosialisasi terkait penjaminan dana simpanan nasabah bank, membuat masyarakat tambah yakin tetap simpan dananya di bank-bank dalam negeri.
"Jangan dikira kita hanya belajar dari Amerika. Di bawah pimpinan saya, wuah, LPS sudah semakin gagah. Sekarang apa? Amerika belajar dari kita. Bagaimana cara kita mempromosikan ke masyarakat ternyata ditiru sama FDIC Amerika," papar Purbaya.
Bahkan dalam satu kesempatan, pejabat FDIC bertanya langsung kepada Purbaya bagaimana cara mengoptimalkan kinerja LPS sebagai bahan pembelajaran. Sampai akhirnya kini Amerika yang meniru gaya kerja LPS, meski awalnya Indonesia meniru FDIC.
"Dalam satu konferensi internasional, mereka tanya sama saya, gimana caranya? Saya ajari, saya kasih outlet presentasinya, dia tiru dalam waktu yang tidak terlalu lama," jelasnya lagi.
"Tapi saya yakin dia nggak bisa tiru kaya saya hari ini, karena di sana nggak ada CT Corp. Tapi itulah, jadi kami sudah disegani di dunia," sambungnya sembari bergurau.
Simak juga Video: LPS Sebut RI Tak Rugi soal Nego Tarif AS 19%, Ini Alasannya