PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mencatatkan kinerja positif hingga triwulan III 2025. Hal tersebut ditunjukkan dari kemampuan perseroan yang membukukan laba sebesar Rp41,2 triliun dengan indikator keuangan sehat, serta pertumbuhan positif pada aset, kredit, dan dana pihak ketiga (DPK).
Pencapaian ini menjadi landasan bagi BRI untuk terus memperkuat peran strategis dalam mendorong perekonomian nasional, terutama lewat dukungan terhadap program prioritas pemerintah dan pembiayaan sektor produktif, khususnya UMKM.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BRI Hery Gunardi dalam Press Conference Kinerja Keuangan BRI Triwulan III 2025 di Kantor Pusat BRI, Jakarta, Kamis (30/10).
Menurutnya, capaian BRI ini ditopang oleh kondisi makro ekonomi nasional yang stabil sepanjang 2025. Ia menilai stabilitas PDB di atas 5%, inflasi di kisaran 2,65%, serta cadangan devisa yang kuat memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia.
"Dengan kondisi makro perekonomian Indonesia dan kebijakan moneter yang positif, hal ini berdampak terhadap stabilitas industri perbankan nasional. BRI melihat prospek pertumbuhan ke depan akan semakin kuat, ditopang oleh penurunan biaya dana (Cost of Fund), perbaikan likuiditas, serta peningkatan permintaan kredit di sektor produktif dan konsumtif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (30/10/2025).
Sebagai bank yang berfokus pada ekonomi kerakyatan, Hery menegaskan bahwa BRI konsisten untuk memperkuat dukungan terhadap program strategis pemerintah. Hingga September 2025, BRI telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp130,2 triliun kepada 2,8 juta debitur, atau 74,4% dari total alokasi Rp175 triliun.
BRI juga terlibat aktif dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan memberikan layanan perbankan kepada 3.854 Satuan Penyedia Pangan Gizi (SPPG) dan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp104,4 miliar untuk pembangunan dapur MBG di berbagai wilayah. Selain itu, BRI mendukung program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP) serta berpartisipasi dalam program 3 Juta Rumah dengan menyalurkan fasilitas FLPP kepada 110 ribu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) senilai Rp15,07 triliun.
Selain itu, BRI turut mengoptimalkan penempatan dana pemerintah sebesar Rp55 triliun dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) untuk pembiayaan sektor produktif. Dana tersebut dialokasikan ke segmen mikro Rp28,08 triliun, korporasi Rp11,07 triliun, komersial Rp10,13 triliun, dan konsumer Rp6,58 triliun.
Lebih lanjut, Hery menjelaskan bahwa kinerja positif BRI didorong oleh transformasi berkelanjutan lewat program BRIVolution Reignite yang berfokus pada transformasi bisnis funding dan penguatan bisnis inti.
"Sebagai bagian dari strategi diversifikasi sumber pertumbuhan, BRI juga terus mengembangkan Second Engines of Growth melalui penguatan segmen konsumer dan pengembangan layanan bullion atau bank emas," katanya.
Dari sisi keuangan, total aset BRI tumbuh 8,2% (YoY) menjadi Rp2.123,4 triliun. Dana Pihak Ketiga naik 8,2% menjadi Rp1.474,8 triliun, sedangkan penyaluran kredit meningkat 6,3% menjadi Rp1.438,1 triliun.
"Perbaikan fundamental kinerja BRI tersebut berdampak positif terhadap capaian laba perseroan. BRI berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp41,2 triliun hingga akhir Triwulan III 2025," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Finance & Strategy Viviana Dyah Ayu menambahkan, BRI memiliki permodalan kuat dengan rasio kecukupan modal (CAR) 25,4 persen, jauh di atas ketentuan regulator.
"Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI ada di 25,4%, di atas ketentuan minimum regulator. Kondisi ini menunjukkan kemampuan BRI menyerap risiko sekaligus menyediakan ruang untuk ekspansi bisnis sehat dan berkelanjutan," jelasnya.
Dari sisi likuiditas, rasio Loan to Deposit (LDR) berada di level 86,5 persen dengan rasio dana murah (CASA) mencapai 67,6 persen.
"Kedisiplinan dalam pengelolaan likuiditas terus menjadi fondasi utama bagi BRI dalam menjaga efisiensi biaya dana dan memastikan struktur pendanaan yang optimal," tambahnya.
Direktur Manajemen Risiko, Mucharom turut menjelaskan, rasio kredit bermasalah (NPL) BRI berada di level 3,08% dengan coverage ratio mencapai 183,1%.
"Angka ini menunjukkan tingkat kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi. Dengan coverage ratio yang sangat memadai, BRI mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan sekaligus memberikan keyakinan kepada investor dan regulator," tuturnya.
Pertumbuhan DPK juga ditopang oleh peningkatan dana murah (CASA) sebesar 14,1% YoY, yang didorong kenaikan dana giro 24,5% dan tabungan 7,2%. Strategi digital seperti BRImo, Qlola, dan QRIS juga memperkuat basis dana murah BRI.
Jumlah pengguna BRImo naik 19,4% menjadi 44,4 juta dengan volume transaksi mencapai Rp5.067,1 triliun. Sementara platform Qlola mencatat volume transaksi Rp9.317 triliun atau naik 35,4% YoY.
"Volume transaksi bisnis merchant BRI meningkat 20,8% secara YoY, menjadi Rp160,7 triliun. Sementara itu volume transaksi QRIS BRI meningkat 133,1% YoY menjadi Rp59,4 triliun dengan jumlah transaksi meningkat 161,4% YoY menjadi 527,5 miliar transaksi." tambahnya.
Di sisi mikro, Direktur Micro BRI, Akhmad Purwakajaya menyebut Holding Ultra Mikro (UMi) yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan PNM telah menjangkau 34,5 juta debitur aktif dengan 185 juta rekening simpanan mikro.
"Hingga akhir September 2025, Holding UMi yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan PNM telah menjangkau 34,5 juta debitur aktif dengan 185 juta rekening simpanan mikro. Kami juga memiliki 1.035 outlet SenyuM, serta 3,8 juta nasabah emas dengan total simpanan 13,7 ton, tumbuh 66,9% YoY," jelas Akhmad.
Program pemberdayaan masyarakat juga terus diperkuat. Wakil Direktur Utama BRI Agus Noorsanto menyebut, hingga September 2025 terdapat 4.909 Desa BRILian dan 41.715 klaster usaha aktif dalam program KlasterkuHidupku. Selain itu, platform LinkUMKM telah dimanfaatkan lebih dari 13,6 juta pelaku usaha.
"Sinergi dengan perusahaan anak menjadi elemen penting yang memperkuat BRI sebagai satu kesatuan entitas untuk memberikan layanan keuangan secara menyeluruh dan mendukung pencapaian kinerja keuangan secara group," ungkap Agus.
Kontribusi laba perusahaan anak BRI Group pun tercatat mencapai 19,9% dari total laba konsolidasi dengan aset 11,45% dari total aset grup.
Tonton juga video "Bos BRI Beberkan Tips Atur Keuangan Anti Boncos" di sini:
(prf/ega)