5 Mitos Keuangan yang Aneh tapi Nyata (2)

5 Mitos Keuangan yang Aneh tapi Nyata (2)

Ila Abdulrahman - Aidil Akbar Madjid & Partners - detikFinance
Senin, 22 Apr 2019 08:23 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Dalam artikel sebelumnya sudah dibahas bahwa terdapat beberapa mitos keuangan yang sebenarnya bisa kita wujudkan asal kita mengerti bagaimana cara mewujudkannya dengan baik dan benar, yaitu:
1. Menikahlah maka engkau akan kaya
2. Pernikahan anak sulung dan bungsu akan menjadikan keluarga kaya

Nah, dalam artikel kali ini kita akan bahas 1 lagi mitos yang bisa anda wujudkan dan bagaimana cara mewujudkannya. Apakah itu?

3. Setiap anak membawa rezeki, banyak anak banyak rezeki
Data yang ada di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2016, angka ibu melahirkan masih 2,6%. Artinya, rata-rata setiap ibu di Indonesia melahirkan tiga anak. Faktanya 1 orang ibu ada yang memiliki 10 orang anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama ini dalam masyarakat terpatri kepercayaan, setiap anak membawa rezeki, banyak anak banyak rezeki. Mitos atau fakta? Fakta, karena yang dimaksud dengan rezeki dalam pepatah tersebut tidak serta merta tentang uang, tetapi anak ayang dilahirkan tersebut adalah sebuah rezeki.

Di sisi lain, bahwa yang dimaksud banyak anak banyak rezeki tidak hanya berupa finansial. Namun kesehatan, kesempatan dan kebahagiaan memiliki keturunan, ada penerus dan pewaris, dengan hubungan yang saling menyayangi adalah juga bagian dari rezeki.

Bagaimana mewujudkan banyak anak banyak finansial?

Lazimnya tidak ada rezeki lebih tanpa usaha, tanpa ikhtiar, tanpa bersyukur dan beriman. Jika hanya pasrah pada keadaan, jatah rezeki manusia hanyalah rezeki yang dijamin saja. Sehingga, jika kita tidak melakukan apa-apa, tersedia rejeki yang dijamin saja. Rejeki jenis ini seperti rezeki bagi saudara kita yang menderita gangguan jiwa, ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) namun tidak mendapat perawatan sehingga hidup di jalanan, tetap bisa makan dan minum, entah dari mana asalnya.

Jumlah anak berkorelasi dengan biaya hidup, makin banyak jumlah anak, makin besar kebutuhan dan biaya yang harus dipenuhi. Sehingga untuk banyak rezeki, harus diimbangi dengan bekerja lebih keras.

Memang rezeki sudah diatur, sudah ditentukan jumlahnya. Namun ia perlu dijemput, diusahakan. Dengan bekerja lebih keras, tentu jumlahnya akan berbeda dengan orang yang santai. Orang yang bekerja 7 jam sehari hasilnya akan berbeda dengan orang yang hanya bekerja 4 jam (rezeki yang diusahakan).

Contoh lain, setiap anak membawa rezeki adalah, anak yang cerdas, berprestasi, tidak perlu berpikir tentang biaya sekolah, banyak beasiswa mengantri untuk pendidikannya. Anak cerdas tidak hanya bawaan atau bakat tapi juga hasil pendidikan yang baik.


Dalam hal ini, perencanaan dana pendidikan menjadi penting. Itu sebabnya anda bisa belajar tentang perencanaan pendidikan di workshop yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.

Di Jakarta dibuka workshop sehari tentang bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari tentang Reksadana.

Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.

Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket).

Mumpung bulannya pesta demokrasi, tanyakan juga adanya DISKON PESTA DEMOKRASI hanya di bulan April ini saja. Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.

Selanjutnya mengatur rezeki yang sudah di dapat untuk memenuhi kebutuhan ketika punya anak, yaitu: biaya hidup, dan biaya Pendidikan baik formal dan informal, dengan berinvestasi di tempat dan jumlah yang tepat dan benar, sehingga saat nanti dibutuhkan, jumlah yang terbentuk dari investasi minimal terpenuhi.

Alokasi investasi untuk hal ini, setidaknya 10% dari pendapatan. Penempatan dan pilihan produk disesuaikan dengan jangka waktu dan karakter kesanggupan anda dalam menerima risiko (kerugian) dalam berinvestasi, apakah produk-produk pendapatan tetap seperti deposito, sukuk, obligasi atau atau reksa dana atau saham, atau properti.

Lalu apalagi mitos keuangannya? Kita simak di artikel berikutnya.


Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.

(ang/ang)

Hide Ads