Jakarta -
Libur panjang telah tiba! Tanggal 28 Oktober sampai 1 November mendatang adalah long weekend dengan total 5 hari libur.
Tanggal 28 dan 30 Oktober sudah ditetapkan pemerintah sebagai cuti bersama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 29 Oktober 2020, serta 31 Oktober dan 1 November 2020 adalah hari Sabtu dan Minggu.
Tentunya, banyak yang sudah bersiap-siap untuk tamasya. Apalagi, tanggal itu bertepatan dengan periode cairnya gaji bulanan. Namun, ternyata ada banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk menghabiskan long weekend itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Liburan (tamasya) itu harus diatur, setahun sekali, atau cuti besar. Kalau Harpitnas (hari kejepit nasional) sebaiknya digunakan bagi Anda yang belum sempat beres-beres, ya beres-beres. Atau menciptakan berbagai karya atau kejar membaca buku untuk meningkatkan soft skill," kata Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini kepada detikcom, Selasa (20/10/2020).
Ia menegaskan, libur panjang terutama ketika Harpitnas tak berarti harus bertamasya konsumtif.
"Kita itu sebenarnya kalau liburan tidak harus konsumtif. Kegiatan yang menghibur tidak juga harus selalu mengeluarkan uang. Kalau pun mengeluarkan uang tidak harus besar. Tidak ada ketentuan bahwa libur itu layaknya diisi oleh hal-hal yang konsumtif," tegas Mike.
Menurutnya, jika setiap ada Harpitnas dimanfaatkan untuk bertamasya, maka setelah itu kantong malah berpotensi besar mengalami defisit keuangan tiap bulan.
"Jadi kalau kerjaannya semangat lihatin tanggal merah, lalu sudah mulai rencana-rencana kreatif seperti belanja apa, liburan di mana, nongkrong dimana sama teman-teman, itu mah sudah alamat defisit itu. Itu harus keluar dari situ kalau saya," ujar dia.
Mike mengatakan, pada umumnya gaji bulanan tak dirancang untuk menyisihkan dana bertamasya. Jikalau ada, maka sebaiknya diatur misalnya 1 tahun sekali.
"Liburan setahun sekali, itu kemungkinan besar hampir kebanyakan orang bisa sanggup memenuhi. Tapi kalau di tengah jalan, tiap 2-3 bulan sekali ada Harpitnas, jangankan rencana masa depan, kebutuhan rumah tangga sehari-hari saja bisa tergerus buat spending di Harpitnas itu," imbuh dia.
Ia menegaskan bahwa tamasya bukannya dilarang. Hanya saja, harus dilakukan secara teratur, tak mendadak setiap Harpitnas.
"Kalau sudah belanja bulanan, ya mingguan nggak usah, pasangannya bisa sama harian. Atau kalau sudah belanja mingguan, ya bulanannya nggak usah. Atau salah satu. Jadi liburan juga begitu, masa iya liburan terus?" urai Mike.
Dihubungi terpisah, Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan, jika memang ingin bertamasya maka detikers harus siapkan anggaran berlibur. Setelah itu, detikers pisahkan dana 50% dari total pengeluaran 1 bulan untuk digunakan sebagai kebutuhan 1 bulan ke depan.
"Kenapa? Itu dibutuhkan nanti ketika mereka pulang liburan, masih ada dana 50% untuk kehidupan mereka supaya nggak habis. Jadi dipotong dulu di awal 50%. Misalnya kalau per bulannya Rp 10 juta, Rp 5 juta simpan dulu. Itu nanti untuk kehidupan mereka, setelah mereka pulang," jelas Eko kepada detikcom.
Namun, ia menyarankan bagi yang ingin bertamasya di cuti bersama mendatang agar menyiapkan diri dengan kondisi yang fit. Pasalnya, tamasya kali ini masih diiringi pandemi virus Corona (COVID-19).
"Karena kondisi seperti ini, ketika mereka nekat mau jalan-jalan berarti harus siap-siap juga kesehatan. Karena harus benar-benar fit kan, jadi posisi itu harus disiapkan dulu. Benar-benar fit, benar-benar siap, makanannya diatur, tidak sembarangan seperti dulu. Maka mereka juga harus mengatur benar pengeluarannya bagaimana," tutup Eko.