Libur Panjang, Sisihkan Dana Segini Biar Kantong Nggak Jebol

Libur Panjang, Sisihkan Dana Segini Biar Kantong Nggak Jebol

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 20 Okt 2020 18:21 WIB
ilustrasi investasi
Ilustrasi/Foto: iStock

Mike mengatakan, pada umumnya gaji bulanan tak dirancang untuk menyisihkan dana bertamasya. Jikalau ada, maka sebaiknya diatur misalnya 1 tahun sekali.

"Liburan setahun sekali, itu kemungkinan besar hampir kebanyakan orang bisa sanggup memenuhi. Tapi kalau di tengah jalan, tiap 2-3 bulan sekali ada Harpitnas, jangankan rencana masa depan, kebutuhan rumah tangga sehari-hari saja bisa tergerus buat spending di Harpitnas itu," imbuh dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menegaskan bahwa tamasya bukannya dilarang. Hanya saja, harus dilakukan secara teratur, tak mendadak setiap Harpitnas.

"Kalau sudah belanja bulanan, ya mingguan nggak usah, pasangannya bisa sama harian. Atau kalau sudah belanja mingguan, ya bulanannya nggak usah. Atau salah satu. Jadi liburan juga begitu, masa iya liburan terus?" urai Mike.

ADVERTISEMENT

Dihubungi terpisah, Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan, jika memang ingin bertamasya maka detikers harus siapkan anggaran berlibur. Setelah itu, detikers pisahkan dana 50% dari total pengeluaran 1 bulan untuk digunakan sebagai kebutuhan 1 bulan ke depan.

"Kenapa? Itu dibutuhkan nanti ketika mereka pulang liburan, masih ada dana 50% untuk kehidupan mereka supaya nggak habis. Jadi dipotong dulu di awal 50%. Misalnya kalau per bulannya Rp 10 juta, Rp 5 juta simpan dulu. Itu nanti untuk kehidupan mereka, setelah mereka pulang," jelas Eko kepada detikcom.

Namun, ia menyarankan bagi yang ingin bertamasya di cuti bersama mendatang agar menyiapkan diri dengan kondisi yang fit. Pasalnya, tamasya kali ini masih diiringi pandemi virus Corona (COVID-19).

"Karena kondisi seperti ini, ketika mereka nekat mau jalan-jalan berarti harus siap-siap juga kesehatan. Karena harus benar-benar fit kan, jadi posisi itu harus disiapkan dulu. Benar-benar fit, benar-benar siap, makanannya diatur, tidak sembarangan seperti dulu. Maka mereka juga harus mengatur benar pengeluarannya bagaimana," tutup Eko.


(eds/eds)

Hide Ads