Tren investasi pasar modal di Indonesia semakin menunjukkan peningkatan signifikan. Berdasarkan data The Central Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST), pada Januari 2021 jumlah investor di pasar modal telah mencapai 1,9 juta.
"Investor di pasar modal kita itu meningkat sangat pesat. Sebelum COVID itu secara total yang tercatat di C-BEST itu sekitar 1,1 juta tapi karena adanya COVID bukannya turun malah naik 1,9 juta," ujar Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma dalam Webinar Gadai Efek 'Wujudkan Mimpi Dengan Investasi Saham', yang digelar PT Pegadaian (Persero), Selasa (27/4/2021).
Dari jumlah tersebut, Suria menyampaikan berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, jumlah ekuitas investor retail pun meningkat 5 kali lipat, yakni sebanyak 250 ribu per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daily active equity retail investor itu sekitar 250 ribu per hari. Jadi, jika dibandingkan dengan Januari tahun lalu meningkat 5 kali lipat," katanya.
Baca juga: Bitcoin Kembali Berotot, Ada Apa Nih? |
Senada dengan Suria, Founder & CEO Emtrade Ellen May juga menyebut adanya peningkatan jumlah investor pada Maret 2020. Namun, peningkatan ini disebabkan oleh adanya saham yang valuasinya mengalami penurunan sehingga menjadi waktu yang tepat untuk mulai berinvestasi.
"Ketika di tahun 2020 kemarin terjadi crash di pasar saham pada bulan Maret dan September, saya melihat banyak saham yang valuasinya terdiskon sama seperti tahun 2008. Dan itu menjadi kesempatan yang bagus untuk kita berinvestasi, bahkan sekarang pun belum terlambat," katanya.
Soal investasi, Ellen mengungkapkan ada beberapa langkah awal yang harus diperhatikan untuk terjun ke pasar modal. Hal pertama adalah dengan mempelajari ilmu secara fundamental dan teknikal.
"Mungkin kalau untuk pemula secara teknikal lebih praktis karena untuk fundamental banyak sekali faktor yang harus dipelajari. Tapi kalau belum paham keduanya dan ingin mencoba, mungkin ilmu yang harus dipelajari adalah manajemen risiko atau manajemen portofolio," ungkapnya.
Ellen menjelaskan manajemen risiko pada dasarnya dapat dilakukan secara simpel dan mudah. Salah satunya yaitu dengan kembali ke hal basic soal risiko investasi.
"Jadi kita fokuskan adalah kita masukan uang sejumlah nominal yang kita siap kalau uang itu rugi. Misal, mau mulai (investasi) dari Rp 100 juta, coba dibayangkan kalau misalkan sampai rugi 10-20 persen, berarti hilang Rp 10-20 juta, siap nggak? Kalau nggak siap turunkan (nominal investasi) sampai angka di mana kita siap. Misalkan siap di angka Rp 50 juta dan rugi 10 persen (Rp 5 juta) nggak masalah," katanya.
Meskipun demikian, Ellen menyarankan agar para investor pemula tetap mengevaluasi saat mengalami kerugian. Pasalnya beberapa kerugian wajar karena merupakan fluktuasi jangka pendek.
"Tapi kalau misalkan kerugian tersebut karena kesalahan dalam memilih, ya kita batasi dan berhenti dulu," ungkapnya.
Selanjutnya, para investor juga perlu paham jumlah saham yang ideal untuk dibeli. Ellen menyebut jumlah saham dapat berdampak terhadap risiko kerugian dan keuntungan yang dihasilkan.
"Terlalu sedikit saham akan sangat tinggi return-nya, tapi kalau sedikit saham juga akan berisiko saat terjadi kerugian. Terlalu banyak saham mungkin dapat mendivrservikasi risko kita. Tapi terlalu banyak saham juga dapat mengecilkan profit kita. Dan kadang-kadang bukan mengecilkan risiko, tapi risiko itu juga tetap besar," paparnya.
Baca juga: Jawaban Gojek soal Rumor Jadi Investor MPPA |
"Kalau untuk pemula dengan modal kecil di bawa Rp 50 juta ini idealnya 5 saham. Di atas itu bisa di-explore hingga 10 saham," imbuhnya.
Terakhir, Ellen mengatakan investor juga perlu mempertimbangkan soal likuiditas perusahaan. Hal ini mengingat beberapa perusahaan memiliki likuiditas rendah sehingga sulit untuk dijual.
"Ketiga adalah pilihan saham yang harus diperhatikan, yaitu perusahaan mana sih yang likuid. Jangan sampai kita beli (saham) perusahaan tersebut, tapi nggak bisa dijual karena likuiditasnya kecil," pungkasnya.
Guna mendorong kebutuhan investor, Pegadaian kini menghadirkan layanan Gadai Efek sebagai pilihan untuk mendapatkan dana melalui pemanfaatan aset saham dan obligasi yang dimiliki tanpa harus menjualnya.
Melalui Gadai Efek, Direktur Teknologi dan Informasi Pegadaian, Teguh Wahyono menjelaskan para nasabah dapat memperoleh keuntungan, seperti jangka waktu fleksibel, sewa modal kompetitif, biaya admin yang ringan, hingga kepemilikan tetap.
"Keunggulan Gadai Efek dibandingkan instrumen lain, pertama kepemilikan saham tidak berubah. Artinya hak pemegang saham tetap dikuasai oleh pemiliknya. Kedua, status kepemilikan tetap tercatat sebagai pemiliknya, yang akan kita lakukan nanti hanya akan memberikan status bahwa saham ini sedang digadaikan," katanya.
"Kemudian, kalau obligasi ada kupon itu tetap menjadi hak pemilik. Dan tujuannya dari Gadai Efek dapat dipakai untuk apa saja untuk belanja, produktif, investasi kita tidak bataskan. Nominal (pinjaman) pun bisa mulai dari Rp 1 juta," pungkasnya.
Simak Video: Demam Investasi saat Pandemi, Ada yang Untung dan Merugi