Punya Gaji Rp 55 Juta Sebulan Tapi Keuangan Berantakan, Salahnya di Mana?

Punya Gaji Rp 55 Juta Sebulan Tapi Keuangan Berantakan, Salahnya di Mana?

Tim detikcom - detikFinance
Selasa, 12 Okt 2021 13:46 WIB
Felicia Putri Tjiasaka
Foto: Dok. President University
Jakarta -

Masalah finansial bukan saja seputar uangnya yang kurang. Uang banyak juga kadang-kadang bisa jadi masalah.

Apalagi jika ternyata uangnya itu tiba-tiba jadi banyak, misalnya naik gaji dua hingga tiga kali lipat. Nah lho malah jadi bingung ngaturnya gimana dan ujung-ujungnya suka jadi abis nggak jelas ke mana itu duitnya.

Perencana Keuangan Felicia Putri Tjisaka membahas soal masalah uang seperti itu baru-baru ini. Melalui channnel YouTubenya, wanita kelahiran 1995 itu ceritakan bahwa Resya, seorang karyawan swasta, mengaku boros saat gajinya naik jadi Rp 55 juta dalam sebulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia baru saja naik gaji hampir 3 kali lipat, tapi kok dia jadi boros, ya? Uangnya lari ke mana?" tutur Felicia, dikutip HaiBunda dari channel Felicia Putri Tjiasaka pada Selasa (12/10/2021).

"Karena dia bingung, apa yang harus dia lakukan saat uangnya tiba-tiba banyak dan tak memiliki manajemen aset serta portofolio yang tepat untuk mencapai tujuan keuangannya," sambung Felicia.

ADVERTISEMENT

Resya sendiri saat ini berusia 33 tahun dan hanya menanggung diri sendiri. Ia bekerja sebagai handle biro fintech startup di Bekasi.

Untuk pendapatannya, Resya memiliki dua sumber, yakni dari gaji kantor dan usaha yang tengah ia rintis.

"Untuk main income sendiri dari pekerjaan sehari-hari dan side job merintis usaha rumahan, memang belum berkembang optimal karena kerja kan."

"Dan income, baru sekitar 3-4 terakhir mengalami kenaikan signifikan sampai 3 kali lipat. Dari (gaji) Rp 20 juta ke Rp 55 juta," sambungnya.

Dari pendapatan utamanya tersebut, Resya membaginya ke 4 pos pengeluaran. Pertama untuk investasi sebesar 30%, cicilan 25%, kemudian yang paling besar untuk kebutuhan hidup mencapai 45%.

Untuk aset, Resya ungkap bahwa hampir 80% masuk dalam properti. "Karena aku sudah miliki cicilan rumah atau KPR," katanya.

"Kemudian, Peer to Peer (P2P) lending itu hampir 18%, terus kemarin itu aku juga coba obligasi negara dan reksa mungkin sisanya sekitar 2% aset portofolio aku," sambungnya.

Lanjut ke halaman selanjutnya, klik di sini.




(ang/ang)

Hide Ads