Waspada! Ancaman Resesi Bisa Datang Lebih Cepat, Bagusnya Investasi Apa?

Waspada! Ancaman Resesi Bisa Datang Lebih Cepat, Bagusnya Investasi Apa?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 08 Sep 2022 19:10 WIB
Ilustrasi THR
Ilustrasi/Foto: Muhammad Ridho

Sementara itu, CIO Fixed Income for ASEAN Region, Principal Asset Management Malaysia Jesse Liew memaparkan jika suku bunga bank sentral dikurangkan dengan inflasi, banyak negara telah berada pada posisi suku bunga riil negatif, termasuk Indonesia. Pada saat yang bersamaan, pasar modal saat ini telah memperhitungkan probabilitas resesi yang cukup tinggi di negara maju seperti Amerika dan Eropa.

"Oleh karena kondisi kurang kondusif, permintaan obligasi di Eropa dan Amerika berkurang drastis dan memicu arus keluar dari obligasi. Demikian pula untuk pasar modal negara berkembang seperti Indonesia, namun permintaan domestik yang cukup besar serta adanya skema burden sharing antara BI dan Kementerian Keuangan, dapat memberikan penyeimbang dari arus keluar investor asing," katanya.

Jesse menyarankan investor untuk memilih strategi durasi pendek untuk memitigasi risiko perlambatan pertumbuhan dan suku bunga tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akibat adanya kenaikan Pertalite dan Pertamax beberapa saat yang lalu, inflasi dalam jangka pendek diperkirakan akan meningkat ke level 6.3% untuk tahun 2022. Defisit anggaran akan kembali ke level 3% untuk tahun 2023 dan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun pada 7.85% akibat tidak berlanjutnya program burden sharing," ujarnya.

CIO PT Principal Asset Management, Ni Made Muliartini mengatakan meski kondisi perekonomian dunia saat ini sedang carut marut, ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Kondisi ini dimungkinkan karena Indonesia secara geografis jauh dari daerah konflik geopolitik serta cukup diuntungkan oleh kondisi harga komoditas yang tinggi.

ADVERTISEMENT

"Kenaikan bahan bakar minyak yang terjadi awal September ini menjadi langkah penting pemerintah walaupun menghadapi banyak tentangan dari masyarakat. Inflasi diperkirakan akan meningkat untuk beberapa bulan ke depan terlebih pengusaha kemungkinan akan membebankan kenaikan BBM ini ke dalam harga produknya," ujarnya.


(kil/ara)

Hide Ads