Perang antara Rusia dengan Ukraina menjadi sentimen yang luar biasa kepada dunia investasi. Mulai dari pasar saham yang berguguran, hingga instrumen investasi anyar seperti kripto juga tumbang. Hanya pasar komoditas seperti emas yang menguat.
Lantas, dalam menghadapi situasi geopolitik dunia seperti ini apa yang harus dilakukan untuk mengamankan portofolio investasi kita?
Perencana keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari menyarankan untuk yang memiliki portofolio banyak di saham lebih baik dipindahkan ke perusahaan yang memiliki fundamental baik. Disarankan cari perusahaan yang tidak berhubungan dengan geopolitik Rusia dan Ukraina, seperti minyak atau batu bara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Balik aja dulu ke industri-industri dasar. Artinya pindahkan ke produk yang lebih aman," jelasnya kepada detikcom, Jumat (25/2/2022).
Saran berikutnya, bisa dipindahkan ke komoditas yang saat ini tergolong aman seperti emas dan obligasi. "Apa lagi obligasi pemerintah ya, itu aman. Toh kalau kita taruh di obligasi pemerintah juga akan yang menjamin pemerintah. Kalau ada apa apa yang menjamin pemerintah. Obligasi pemerintah masih oke," lanjutnya.
"Kalau investor global mereka sekarang jual dulu atau dipindahkan ke emas atau bank. Karena memang mereka lebih nggak mau rugi aja. Jadinya dijual di harga sekarang daripada semakin turun," lanjutnya.
Saat ini yang perlu waspada adalah investor trading apa lagi investasinya ke saham luar negeri. Menurutnya itulah yang berisiko lebih tinggi.
"Kalau yang mainnya di dolar atau euro kan terpengaruh. Itu pasti naik turunnya berisiko. Itu bisa disetop dulu aja yang efeknya besar," jelasnya.
Dihubungi terpisah, Perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho mengatakan, untuk investor di pasar saham mesti tahu terlebih dahulu apa tujuan dari investasinya. Ia memberikan saran kepada investasi jangka panjang, pendek atau memilih untuk safe haven.
Pertama, untuk investor yang memiliki aset di saham dan tujuannya untuk jangka panjang dan dividen maka disarankan untuk tidak menjual. Menurutnya saat harga anjlok adalah waktu yang tepat untuk membeli lagi.
"Kalau kita berinvestasi di pasar saham misalnya tujuannya mendapatkan dividen ya sudah antepin aja saham ada di situ. Malah justru sekarang lagi anjlok itukan kesempatan kita untuk top up lagi. Sehingga ketika pembagian dividen bisa dapat lebih banyak lagi karena saham kita lebih banyak," ujarnya.
Kedua, untuk investor saham hanya trading atau jangka pendek, lebih baik dilihat terlebih dahulu sudah berapa dalam penurunan sahamnya. Andy mengatakan, jika sudah lebih dari 3-5% maka disarankan untuk dijual.
"Daripada ruginya semakin besar. Keluar dulu aja dari pasar saham dipindahkan ke instrumen yang lebih aman. Seperti apa? Logam mulia. Logam mulia ini justru lagi naik, itu baik sebagai nilai lindung," ucapnya.
Selain logam mulai, ia juga menyarankan saat ini baik juga uang diletakkan di obligasi atau deposito. Jika ingin aman dan return lebih besar maka bisa dipindahkan ke obligasi dibandingkan di deposito yang bisa dibilang lebih rendah dari instrumen lainnya.
(das/das)