Di sisi lain, ia menambahkan, walaupun volatilitas jangka pendek tetap dapat terjadi karena sentimen global, pasar saham tetap menawarkan potensi yang menarik di tahun ini didukung perbaikan fundamental.
Obligasi pun menjadi instrumen berikutnya yang Dimas sarankan. Meski demikian, dalam beberapa bulan pertama di tahun ini, pasar obligasi mengalami pergerakan yang cukup fluktuatif.
"Pasar obligasi bergerak fluktuatif di paruh pertama tahun ini. Sentimen pasar dibayangi oleh naiknya imbal hasil US Treasury dan ketidakpastian di pasar domestik menyangkut harga BBM dan listrik, serta dampaknya terhadap inflasi domestik," tutur Dimas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain ia menambahkan, ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang sudah diantisipasi oleh pasar juga dapat membuat volatilitas pasar lebih minimal. Selain itu, naiknya anggaran subsidi dan kompensasi energi juga mengurangi faktor ketidakpastian di pasar domestik.
Sebagai tambahan informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami akselerasi tahun ini didukung oleh normalisasi aktivitas masyarakat, berlawanan dengan ekonomi global yang melambat.
Di mana saat ini, Indonesia berada dalam posisi yang lebih suportif didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang membaik, harga komoditas yang suportif, tingkat inflasi terjaga dan kebijakan bank sentral yang akomodatif.
"Indikator ekonomi terkini terus menunjukkan perbaikan, terlihat dari indeks keyakinan konsumen yang kembali ke level sebelum pandemi dan juga pertumbuhan kredit yang terus menunjukkan perbaikan," ujar Dimas.
Selain pertumbuhan ekonomi yang positif, Indonesia juga diuntungkan oleh tingkat inflasi domestik yang relatif terjaga. Pemerintah memutuskan untuk menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi demi menjaga harga listrik bersubsidi dan BBM Pertalite.
"Kebijakan ini positif untuk menjaga tingkat inflasi dan mendukung daya beli masyarakat. Dari sisi APBN, kenaikan anggaran subsidi akan dikompensasi oleh kenaikan pendapatan negara dari sektor komoditas yang tinggi," tambahnya.
Dimas mengatakan, tingkat inflasi domestik yang terjaga memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga.
"Berlawanan dengan bank sentral negara maju yang berlomba-lomba menaikkan suku bunga untuk menghadapi lonjakan inflasi. Inflasi inti menjadi patokan bagi BI dalam menentukan kebijakan suku bunga," katanya.
(ara/ara)