Dihubungi terpisah, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan memang ke depan potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih akan terjadi karena berbagai masalah geopolitik dan ekonomi di dunia. Hanya saja, ia meyakini pelemahannya tidak sampai ke level Rp 16.000.
"Kenapa itu tidak akan terjadi karena fundamental ekonomi Indonesia cukup bagus terutama pada saat terjadi kekacauan energi di Eropa Indonesia mendapatkan keuntungan dari ekspor batu bara yang cukup besar kemudian yang CPO. Itu membuat neraca perdagangan kita itu surplus," tuturnya.
"Rupiah melemah paling maksimal Rp 15.500-lah. kemungkinan untuk menguat lagi itu besar. Sampai akhir tahun ini kemungkinan besar dia Rp 14.800. Tapi saat ini wajarlah dan ini sudah mengikuti fundamental," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga emas sendiri, kemungkinan besar emas dunia itu melemahnya sampai US$ 1.550 per troy ounce. "Tetapi harus tembus dulu di support ke angka US$ 1.660/troy ounce," jelasnya.
Ia menyarankan masyarakat yang mau membeli emas paling tidak saat harga sudah di angka US$ 1.600/troy ounce. Kemudian, disarankan juga untuk menginvestasi emas ini untuk jangka panjang, minimal tiga tahun.
"Kalau rekomendasi beli emas itu pada saat index emas itu sudah ke US$ 1.600, kalau dia sudah beli di angka US$ 1.600 kemudian harga turun di bawah US$ 1.600 kan ruginya tidak terlalu jauh. Kalau bisa minimal investasi 3 tahun," ucapnya.
"Kemungkinan 2023 emas dunia itu di atas US$ 2.000-an karena ada ketegangan antara Tiongkok dengan Taiwan. Kemudian karena ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan," lanjutnya.
Sementara untuk saat ini jika harga emas dunia masih di bawah US$ 1.600, belum direkomendasikan untuk membeli apa lagi dijual. "Untuk beli disarankan menunggu harga indeks emas US$ 1.600. Kalau jual jelas tidak (direkomendasikan) itu namanya bunuh diri," tutupnya.
(ada/ara)