Menerka Prospek Saham Nikel di Tengah Genjotan Kendaraan Listrik

Menerka Prospek Saham Nikel di Tengah Genjotan Kendaraan Listrik

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 20 Mar 2023 07:15 WIB
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (13/2). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini pukul 12.00 menurun-0,67% ke posisi 5,873,30. Pergerakan IHSG ini masih dipengaruhi oleh sentimen atas ketakutan pasar akan penyebaran wabah virus corona.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Pemerintah sedang menggenjot program kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) sebagai upaya mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Bantuan subsidi untuk pembelian kendaraan listrik pun ditebar mulai harin ini, Senin 20 Maret 2023.

Bantuan subsidi untuk pembelian motor listrik roda dua diberikan sebanyak 200 ribu unit sampai Desember 2023 sebesar Rp 7 juta per unit. Sementara bantuan subsidi roda empat atau mobil listrik akan diberikan kepada 35.900 unit.

Dengan menggeliatnya penjualan kendaraan listrik, maka nikel sebagai bahan baku baterai listrik akan semakin dibutuhkan. Penyerapan salah satu harta karun yang terkandung di bumi Indonesia itu pun akan semakin besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip situs Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (20/3/2023), Indonesia merupakan negara yang kaya akan nikel. Data US Geological Survey menunjukkan cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama yakni mencapai 21 juta ton atau setara 22% cadangan global.

Produksi nikel Indonesia menempati peringkat pertama yakni sebesar 1 juta ton, melebihi Filipina (370 ribu ton) dan Rusia (250 ribu ton). Sebagai wujud hilirisasi, pemerintah pun mendorong pembangunan fasilitas pengolahan nikel untuk diproduksi dalam negeri sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.

ADVERTISEMENT

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan saat ini total smelter yang dimiliki Indonesia sebanyak 91, dan 48 smelter di antaranya telah beroperasi.

"Berdasarkan data Kementerian Perindustrian per 1 Februari 2023 terdapat 91 smelter di Indonesia. Rincian 48 sudah beroperasi, dan lainnya tahap feasibility study atau konstruksi," katanya dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (14/2/2023) lalu.

Lebih rinci dijelaskan terbanyak berada di Sulawesi Tengah yakni 25 unit smelter, Maluku 22 smelter, Sulawesi Utara 12 smelter, dan Kalimantan Barat 10 smelter. Sementara sisanya tersebar di beberapa provinsi di Indonesia seperti Banten, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, hingga Sumatera Utara.

Kehadiran kendaraan listrik yang masif diperkirakan akan berdampak positif terhadap prospek emiten saham nikel di Indonesia. Di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat ada PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Pelat Timah Nusantara (NIKL), PT PAM Mineral Tbk (NICL), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Pasar modal Indonesia juga akan kedatangan emiten saham nikel baru yakni PT Trimegah Bangun Persada Tbk yang melantai di BEI pada 12 April 2023. Pendatang baru perusahaan nikel tersebut akan menggunakan kode saham NCKL.

Prospek saham nikel di halaman berikutnya.

Direktur NCKL Suparsin Darmo Liwan menargetkan jumlah produksi nikelnya akan naik tahun ini seiring bertambahnya kapasitas produksi. Pada 2022, kapasitas output dari pengolahan dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) sebanyak 25.000 metrik ton nikel dan ditargetkan naik empat kali lipat menjadi 100.000 metrik ton.

Sementara untuk produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), tahun lalu berada di angka 40.000 metrik ton. Produksi MHP diproyeksi naik menjadi 60.000 metrik ton mulai April 2023 dan diperkirakan akan naik 60.000 ton lagi di tahun depan.

Naiknya produksi NCKL akan berdampak pada naiknya penjualan di tahun ini. "Minimal ada peningkatan dua kali lipat dari tahun 2022, namun kembali lagi proyeksi tergantung dari harga nikel di market karena harga sangat volatile," kata Suparsin dalam paparan publik di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (17/3/2023).

Prospek Saham Nikel 2023

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai bahwa saham nikel memiliki prospek cerah di 2023. Hal itu tak lepas dari permintaan yang tinggi terhadap komoditas tersebut sejalan dengan kebutuhan baterai kendaraan listrik.

"Prospek saham nikel untuk ke depan itu masih bagus karena sekarang mobil listrik sedang didengungkan terus kan, apalagi subsidi kendaraan listrik sudah berjalan. Artinya pemerintah sudah memberikan subsidi yang cukup besar, tujuannya adalah untuk masyarakat membeli kendaraan listrik," kata Ibrahim.

Menurutnya, saat-saat sekarang adalah waktu yang tepat untuk investor melakukan pembelian saham nikel mumpung harganya belum terlalu tinggi.

"Walaupun kenaikannya tidak terlalu signifikan, tetapi akan membuat sampai akhir tahun ini, 2024 pun juga kemungkinan besar masih cukup bagus untuk saham berbasis nikel," bebernya.

Pada saat digenjotnya industri kendaraan listrik, kata Ibrahim, harga nikel kemungkinan besar akan stabil walaupun komoditas pertambangan lainnya mengalami penurunan. Dia memperkirakan harga nikel sampai akhir tahun akan tembus US$ 24.000 per ton.

Mengutip Trading Economics, Senin (20/3), harga nikel untuk perdagangan harian saat ini berada di level US$ 23.147 per ton atau naik 0,56% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Meski begitu, secara bulanan tercatat turun 13,38% dan secara tahunan turun 37,63%.

"Kalau gejolak pasti ada, tidak mungkin harga itu terus mengalami kenaikan, jadi fluktuatif. Sekarang nikel ini masih cukup bagus apalagi pasca COVID-19," jelas Ibrahim.

Dihubungi terpisah, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan saham INCO dan ANTM ada potensi penguatan pada pekan ini melanjutkan indikasi tren reversal pekan lalu. Sementara emiten lain dianggap masih rawan kembali tertekan secara harga saham.

"Beberapa emiten seperti INCO dan ANTM secara teknikal menunjukkan adanya tanda pembalikan arah dengan munculnya candle hammer pada weekly chart pasca penutupan pasar di Jumat (17/3) ini," ujarnya.

Terkait hal ini, Ivan menyarankan agar investor yang ingin melakukan pembelian saham nikel agar wait and see terlebih dahulu yakni menunggu, mengamati dan menganalisa saham.

"Emiten lain seperti MDKA dan HRUM masih rawan kembali tertekan secara harga saham karena candle bear masih terbentuk dengan body yang lebih solid dan indikator stochastic berada di posisi tanggung terbuka ke bawah," pungkasnya.



Simak Video "Kebijakan Insentif Mobil Listrik Tepatkah atau Bikin Tambah Macet?"
[Gambas:Video 20detik]

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads