Geger Krisis Perbankan di AS, Investasi Apa yang Aman?

Geger Krisis Perbankan di AS, Investasi Apa yang Aman?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 08 Mei 2023 06:30 WIB
Ilustrasi investasi
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) sedang dilanda krisis perbankan dan krisis utang hingga terancam gagal bayar. Sederet bank ternama di AS sudah dikabarkan bangkrut.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kondisi tersebut bisa saja berdampak ke negara-negara lain, termasuk ke Indonesia. Menurutnya jika ekonomi mengalami tekanan, maka akan mempengaruhi kegiatan investasi di dalam negeri. Karena itu harus memiliki strategi agar investasi tetap aman..

Menurut dia jika ingin berinvestasi dalam kondisi saat ini harus ke instrumen yang lebih aman dan cocok untuk jangka panjang. Misalnya seperti logam mulia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari laman resmi logammulia.com secara historis harga emas dalam 6 bulan memang mengalami pergerakan yang signifikan.

Pada November 2022 harga emas tercatat Rp 951.000 per gram. Kemudian terus merangkak naik pada 1 Januari menyentuh Rp 1.026.000 per gram. Lalu harga emas juga sempat menyentuh Rp 1.096.000 per gram. Lalu data terakhir per 7 Mei 2023 harga berada di Rp 1.059.000 per gram.

ADVERTISEMENT

Dia juga mengatakan, di Indonesia tahun depan merupakan tahun politik yang juga bisa dimanfaatkan oleh para investor dalam mengambil strategi investasi.

Ibrahim menyebutkan jika ingin berinvestasi di instrumen saham, bisa mempertimbangkan saham-saham emiten bank. Industri perbankan nasional kini berada dalam kondisi prima dan menarik.

"Saham perbankan masih cukup bagus, dan ada salah satu bank swasta dari Indonesia yang jadi bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Asia Tenggara, sangat menarik ini," kata dia, ditulis Senin (8/5/2023).

Kinerja perbankan nasional saat ini memang terbilang moncer. detikcom mengambil contoh dari 5 bank yang terdiri dari 4 bank milik negara dan 1 bank swasta.

Seperti Bank Negara Indonesia (BNI) mencatat laba bersih Rp 5,2 triliun atau tumbuh 31,8%. Di kuartal I 2023, kredit konsolidasi BNI tumbuh 7,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) atau mencapai Rp634,3 triliun.

Perseroan secara konsisten melanjutkan strategi untuk tumbuh pada segmen-segmen prioritas, yaitu kepada debitur top tier mulai dari segmen korporasi dan turunan bisnisnya yang masuk dalam sektor industri prospektif, hingga segmen konsumer, dengan tetap mengedepankan asas prudential.

Dari sisi likuiditas, Perseroan membukukan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7,4% YoY atau mencapai Rp 743,7 triliun.

Bagaimana dengan bank lainnya?

Kemudian Bank Mandiri pada kuartal I 2023 yang meraup laba Rp 12,6 triliun atau tumbuh 25,2% secara tahunan. Kemudian Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang mencatat laba bersih Rp 15,56 triliun, ini merupakan laba tertinggi dari bank BUMN lainnya.

Lalu Bank Tabungan Negara (BTN) mencetak laba bersih Rp 800,9 miliar atau tumbuh 3,42% dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya. Lalu Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat laba bersih Rp 11,5 triliun atau tumbuh 43% dibandingkan kuartal I tahun 2022.

Lalu dia menyebut, sebaiknya saat ini hindari saham-saham perusahaan yang masih belum bisa mencetak profit.

Selain itu Reksa dana dan surat berharga negara juga bisa menjadi pilihan saat berinvestasi. Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per Maret 2023 tercatat Rp 497 triliun atau menyusut 0,76% secara month to date.

Untuk net redemption sebesar Rp 4,49 triliun mtd. Lalu secara year to date NAB reksa dana turun 1,56% dan masih tercatat net redemption Rp 9,3 triliun.

"Untuk surat berharga negara itu bisa dan oke sekali, karena imbal hasil yang diberikan cukup menarik dan jaminannya pemerintah," jelas dia.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani saat ini memang ekonomi global masih dibayangi gejolak dan ketidakpastian akibat geopolitik.

Sektor perbankan dan konsumen primer akan terpengaruh. Menurut dia sistem perbankan AS sedang dilanda kebangkrutan bertolak belakang dengan di Indonesia.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Saksikan juga Sosok pilihan minggu ini: Maestro Kaligrafi Indonesia

[Gambas:Video 20detik]



Berdasarkan data OJK per Maret 2023 penyaluran kredit tumbuh 9,93% menjadi Rp 6.445,5 triliun. Ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 11,4% yoy, lalu kredit modal kerja tumbuh 9,52% dan kredit konsumsi tumbuh 9,2%. Kemudian rasio non performing loan (NPL) net perbankan tercatat 0,72% lalu secara gross 2,49%, rasio kredit bermasalah ini terus berada dalam tren penurunan.

OJK juga menyebut dari sisi profitabilitas, peningkatan laba bank kuartal I 2023 masih sejalan dengan proyeksi rencana bisnis bank (RBB) yang terutama didorong oleh pertumbuhan kredit dan fee based income serta perbaikan kinerja surat berharga. Kini permodalan perbankan masih berada di level 34,69%.

"Bank domestik kini mempunyai fundamental yang baik dan ekspektasi pertumbuhan kredit tahun ini juga lumayan tinggi dengan mempertimbangkan ketidakpastian dan volatilitas di pasar modal global maupun domestik serta kemungkinan resesi global," katanya.

Dia mengungkapkan jika dilihat salah satu faktor utama yang membuat kegagalan beberapa bank lapis kedua di Amerika (yang di luar top 10) adalah a run on the banks. Itu terjadi ketika depositors sekaligus menarik dana mereka dari bank tersebut yang mereka mempunyai akun di karena ketakutan gagal bayar.

Jadi aksi ini oleh deposan dan investor yang menarik dana mereka dari banks tersebut terlepas dari fundamentals yang sebenarnya. Kita tidak terlihat masalah ini di Indonesia. Dan untuk sektor perbankan domestik itu didominasi oleh 4 bank besar (yaitu BBCA, BMRI, BBRI dan BBNI).

Berdasarkan data per closing hari tanggal Mei 4 kemarin 4 emiten perbankan tersebut mencakup lebih dari 70% sektor keuangan seluruhnya. Dan risiko a run on the banks ketika akan terjadi di Indonesia sangat minim untuk emiten perbankan ini.

"Dan karena mereka mempunyai fundamentals yang bagus serta prospek bisnis yang baik dan bisa mencaplok pertumbuhan kredit tahun serta mempunyai valuasi yang sangat menarik yakni undervalued menurut sektor keseluruhnya juga positif berdasarkan dampak dan bobot emiten tersebut terhadap sektor nya," ujarnya.

Selain itu beberapa bank lapis ke dua atau mid-caps juga klihatan menarik secara valuasi dan berdasarkan potensi bisnis mereka seperti BBTN. Jadi kesimpulannya sektor perbankan di Indonesia masih bagus.

"Menurut saya sektor konsumen primer juga positif karena kalau kita lihat sektor ini secara historis sangat resilient terhadap efek ketidakpastian geopolitik maupun ekonomi. Selain itu banyak big caps di sektor tersebut mempunyai fundamentals yang solid dan prospek bisnis yang kuat," jelasnya.

Tekanan Ekonomi AS

Memang tak cuma AS, tekanan ekonomi juga terjadi di berbagai negara seperti naiknya harga energi, makanan, komoditi hingga harga barang dan jasa. Harga yang naik gila-gilaan ini juga berpengaruh pada biaya hidup masyarakat, bunga kredit hingga imbal hasil surat utang negara.

Untuk merespon hal tersebut, bank sentral AS The Federal Reserve mengerek suku bunga mereka secara agresif. Bahkan merupakan suku bunga tertinggi dalam kurun waktu 16 tahun yaitu di level 5% hingga 5,25%. Kalangan ekonom menyebut jika suku bunga ini telah sesuai dengan ekspektasi pasar. Serta ini adalah kenaikan suku bunga yang terakhir.

Namun saat ini AS juga masih dibayangi dengan bangkrutnya sejumlah bank. Terakhir adalah First Republic Bank yang kini diambil alih oleh Federal Deposit Insurance Corporation. Tak cuma itu sebagian besar aset bank telah dijual ke JPMorgan Chase.

Profesor Columbia University Joseph Stiglitz menyebut hancurnya Silicon Valley Bank (SVB) bisa menimbulkan krisis yang lebih dalam. Bahkan investor dan para pemilik dana berpotensi tak lagi percaya dengan jaminan yang Fed berikan.

"Hanya reformasi dari penjaminan simpanan, tata kelola, peraturan dan pengawasan yang ketat untuk bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada bank dan kredibilitas The Fed," ujar dia dikutip dari CNN.

Saksikan juga Sosok pilihan minggu ini: Maestro Kaligrafi Indonesia

[Gambas:Video 20detik]




Hide Ads