"Berumah tangga sejak tahun 1999. Berkeinginan memiliki rumah idaman hingga sekarang belum terwujud," keluh Denny dalam surat elektoniknya, Jumat (5/9/2014).
Denny yang bekerja sebagai sopir pribadi ini punya penghasilan tak menentu. Padahal ia sangat sekali punya rumah meski dengan cara mencicil di bank melalui kredit pemilikan rumah (KPR). Namun biasanya perbankan akan sulit memberikan KPR bagi pekerja informal seperti Denny.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setali tiga uang dengan Denny, Kanestri Prabandari bersama suaminya sudah mendambakan ingin punya rumah sendiri. Namun dengan total penghasilannya mereka berdua hanya Rp 5 juta per bulan, dengan berbagai beban lainnya, akhirnya mereka pesimistis bakal punya rumah.
"Kami berdua ingin KPR karena cuma itu jalan yang bisa untuk memiliki rumah, tapi saya masih takut karena saya punya pinjaman pegawai di kantor, takut kalau-kalau KPR saya tidak disetujui, dan pada akhirnya hanya bisa mengubur impian memiliki rumah idaman," keluh Kanestri.
Akhirnya, kini mereka memutuskan untuk tetap mengontrak di rumah orang lain. Semenjak menikah selama 3 tahun lalu, ia sempat pindah kontrakan 2 kali.
"Sebenarnya dari orang tua saya menyuruh untuk tinggal bersamanya, tapi karena dengan alasan ingin mandiri kami pilih mengontrak," katanya.
Bagi Anda yang punya pengalaman soal sulitnya mendapatkan rumah. Atau punya pengalaman berkali-kali mengajukan KPR tapi ditolak oleh bank karena persoalan gaji. Bahkan bagi Anda yang sudah berhasil dapat rumah namun harus bersusah payah cari pinjaman. Bisa kirim ceritanya ke redaksi@detikfinance.com.
(hen/hds)