Inneke Koesherawati dan Menara 'Miring' Saidah

Inneke Koesherawati dan Menara 'Miring' Saidah

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 24 Jul 2018 08:16 WIB
Inneke Koesherawati dan Menara Miring Saidah
Foto: Kanavino/detikcom
Jakarta - Artis papan atas Inneke Koesherawati menjadi sorotan beberapa hari ini. Sebab, dia turut diamankan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan kasus suap penambahan fasilitas sel Lapas Sukamiskin yang melibatkan suaminya Fahmi Darmansyah.

Terlepas dari kasus ini, Inneke dan Fahmi mengingatkan pada sebuah gedung tinggi di Jalan MT Haryono Jakarta yakni Menara Saidah. Fahmi merupakan pemilik gedung yang kini kosong tak digunakan itu.

Banyak cerita pada gedung yang selalu gelap pada malam hari ini. Konon, gedung ini banyak 'penunggunya'. Selain itu, gedung ini kerap disebut-sebut miring.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, gedung ini sebelumnya seperti gedung perkantoran pada umumnya. Para tenant menyewa area gedung ini untuk kantor.

Penasaran dengan Menara Saidah? Berikut berita selengkapnya:


Menara Saidah dibangun oleh PT Hutama Karya. Menara ini kemudian dimiliki oleh PT Mustika Ratu atas nama Moeryati Sudibyo. Beberapa tenant sudah mengisi gedung ini saat mulai operasional salah satunya adalah Kementerian Pembangunan Wilayah Timur Indonesia atau yang sekarang menjadi Kementerian Pembangunan Daerah Terpencil (PDT). Kemudian ada juga Bank BNI yang diikuti tenant-tenant lainnya.

Dari Mustika Ratu, gedung ini dilelang dan dimenangkan oleh Keluarga Saidah dengan pemilik diserahkan kepada Fajri Setiawan, anak kelima Nyonya Saidah. Saat dimenangkan oleh Keluarga Saidah, gedung ini mengalami renovasi besar-besaran salah satunya penambahan jumlah lantai.

Fajri Setiawan kemudian meninggal dan kepemilikan beralih tangan ke suami Inneke, Fahmi Darmawansyah yang merupakan anak bungsu Nyonya Saidah.

Banyak cerita soal Menara Saidah yang berkembang di masyarakat. Menara milik Fahmi ini dikabarkan banyak 'penunggu' dan sosok ghaib sehingga ditinggalkan oleh para tenant.

Mantan Petugas Keamanan Menara Saidah, Rahmat mengakui bahwa fenomena hantu wanita berbaju merah sering terlihat berkeliling gedung.

"Hantu perempuan pakai baju merah itu selalu keliling gedung kalau malam hari, kadang juga banyak warga yang melihat nemplok di atas lantai 3," kata Rahmat kepada detikFinance 2013 lalu.

Warga sekitar juga mengaku sering melihat sosok hantu di menara ini. Sampai-sampai rumah produksi membuat film horor tentang menara ini.


Selain soal hantu, Menara Saidah juga dikabarkan bangunannya miring. Banyak masyarakat yang melihat konstruksi bangunan Menara Saidah ini tidak lurus. Saat dimintai keterangan, Hutama Karya membantah.

"Kalau miring itu dapat dari mana miringnya?" tanya Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Ary Widiantoro kepada detikFinance, Senin (29/7/2013).

Ary menjelaskan secara teknis jika sebuah gedung yang awalnya tegak menjadi miring bakal menimbulkan suatu tekanan yang besar pada dinding bangunan. Artinya, lanjut Ary, jika Menara Saida miring maka kaca-kaca yang ada di jendela gedung pecah berhamburan.

"Itu kan ada kaca-kaca, kalau gedung itu miring itu kacanya pasti pecah. Karena ada tekanan, kan nggak mungkin kalau ada kemiringan (kaca tidak pecah), kan pasti ada bagian yag tertekan. Kalau dilihat secara fisik ya mungkin aja, tapi secara struktur kalau ada tekanan pasti pecah," jelasnya.

Ary menjelaskan, saat masa konstruksi 1995-1998 lalu proses pembangunan Menara Saidah tidak mengalami persoalan teknis. Bahkan hingga pada saat gedung Menara Saidah diserahterimakan kepada perusahaan Mustika Ratu selaku pemilik awal gedung tersebut. Menurut Ary, secara teknis dan struktur gedung ini telah dibuat sesuai dengan kelayakan.


Menara Saidah dibangun pada tahun 1995-1998 oleh BUMN karya PT Hutama Karya (HK). Nilai proyek untuk membangun menara bergaya Romawi ini diperkirakan mencapai Rp 50 miliar pada waktu itu.

Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Ary Widiantoro mengatakan tak tahu persis angka pasti nilai proyek Menara Saidah saat digarap oleh HK. Ia beralasan menara tersebut telah dibangun belasan tahun yang lalu. Namun Ary memperikirakan untuk membangun Menara Saidah mencapai kurang lebih Rp 50 miliar.

"Kalau nggak salah itu Rp 50 miliar, kalau nggak salah ya, saya nggak jelas detailnya karena itu sekitar 15 tahun yang lalu," kata Ary kepada detikFinance, Senin (29/7/2013).

PT Hutama Karya menggandeng mitra perusahaan konstruksi swasta yakni Adji Satria untuk menyelesaikan proyek miliaran tersebut. Perseroan mengakui proyek Menara Saidah merupakan proyek gedung pencakar langit pertama yang digarap oleh HK.

"Kita joint venture dengan Adji Satria, itu swasta. Itu rasanya dulu, sekitar 15 tahun lalu," ungkapnya.

Hide Ads