Executive Vice President Consumer Loans Bank Mandiri Ignatius Susatyo mengatakan kebutuhan akan tempat tinggal untuk generasi milenial sering sekali terhambat tingginya DP rumah. Dengan adanya skema ini, diharapkan milenial akan bisa memiliki aktivitas investasi di sektor properti.
"Kita untuk milenial KPR pertama boleh tanpa DP sekarang nggak semua pengembang mau tanpa DP kita sih kelola produk tanpa DP," kata dia dalam diskusi persiapan REI Mandiri Property Expo di Plaza Mandiri, Kamis (15/12018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara ini bisa dicoba saat pameran REI Mandiri Property Expo yang akan diselenggarakan pada 17 -25 November 2018. Karena pasar khusus untuk para milenial, nasabah harus berusia dari 21 sampai 45 tahun.
"Nanti di pameran tanggal 17 November di JCC. Prosesnya hanya 20 menit pengesahannya hanya KTP, NPWP dan SPR langsung kita proses di tempat. Pengesahannya di situ sms persetujuannya di situ," jelas dia.
Baca juga: Mau Rumah Terkesan Baru? Ini Dia Tipsnya |
Saat ini untuk membeli rumah sudah banyak developer yang menawarkan DP yang dicicil. Baik itu dicicil untuk satu bahkan sampai tiga tahun.
"Banyak developer itu bisa diangsur 12 bulan 24-36 bulan belum KPR-nya. Kemudahannya luar biasa. Ngopi bisa tapi kok nabung DP susah. Kita buat produk milenial angsurannya bisa seringan mungkin tapi juga bisa untuk aset. Nggak harus laki-laki yang perempuan juga banyak yang ambil rumah. Nggak usah gender," kata dia.
Mengenai kemampuan milenial untuk membayar cicilan KPR, Ignatius menjelaskan, para milenial sebenarnya sudah terbiasa melakukan aktivitas cash flow yang rutin. Contohnya membayar kontrakan bulanan yang jarganya tidak jauh dari cicilan KPR tipe fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang biaya KPR-nya disubsidi pemerintah.
"Hari ini teman-teman milenial itu sebagian besar anak kos, dimana mereka bayar kos itu di bawah Rp 1 juta atau Rp 3 sampai Rp 4 juta ini jadi pilihan. Kemudian akhirnya (harga properti) 5 tahun lagi harga naik. Padahal rumah Rp 300- Rp 500 juta itu (cicilannya) mirip (seperti bayar kos bulanan)," jelas dia.
Ia menjelaskan, harga rumah di bawah Rp 500 juta lebih banyak diminati ketimbang harga di atasnya.
"Saya lihat sih ini relatif tiap bulan Agustus-September-Oktober naik terus. Kemudian yang agak aneh rumah di atas Rp 5 miliar itu masih banyak yang beli dan 99% cash," jelas dia.