"Kalau mungkin semua sampai rapi dibangun ulang barangkali perlu enam bulan. Tapi kita terus bangun pelan-pelan," kata Setyono Djuandi Darmono.
KEK Tanjung Lesung sendiri dikelola anak usaha Jababeka, PT Banten West Java Tourism Development. Dia mengatakan, di kawasan itu ada sekitar 250 kamar hotel di mana, sebanyak 30% bangunannya rusak.
Dia mengatakan, akibat kerusakan itu paling tidak perusahaan menanggung kerugian sebanyak Rp 150 miliar. Tapi, kerugian itu sudah ditanggung asuransi.
"Itu diperkirakan kerugian terjadi saat ini Tanjung Lesung, dan peralatan dan santunan keluarga dan karyawan," sambungnya.
Dia menjelaskan, tsunami akan berimbas pada turunnya jumlah pengunjung di Tanjung Lesung. Namun, dia tak menjelaskan secara rinci. Menurut Darmono, Tanjung Lesung akan tetap mendapat kunjungan terutama oleh para ahli.
"Dan seperti ini tidak bisa diharapkan pengunjung yang lama itu berani datang lagi untuk berapa saat, dan musim hujan," ujarnya.
"Kita masih cari pengunjung yang beda, mau belajar mengenai gempa, mau menolong gempa dan sebagainya," tutupnya (ara/ara)