RI Masih Kekurangan 11 Juta Rumah, Peluang Atau Tantangan?

RI Masih Kekurangan 11 Juta Rumah, Peluang Atau Tantangan?

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 15 Okt 2019 17:12 WIB
Foto: dok. BTN
Jakarta - Industri properti tanah air masih mengalami banyak tantangan. Direktur Strategic Human Capital BTN Yossi Istanto mengatakan, tantangan yang dihadapi industri sektor properti seperti backlog dan kapasitas penyediaan rumah, namun masih banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk memperluas potensi bisnis.

Adapun tantangan sekaligus peluang di sektor properti yakni angka backlog yang masih cukup besar sekitar 11,4 Juta rumah yang menunggu untuk segera diselesaikan.

Penyelesaian backlog perumahan, lanjut Yossi, diharapkan bisa memiliki multiplier effect terhadap 136 subsektor Industri yang berujung pada pertumbuhan PDB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain itu masih ada gap antara kebutuhan rumah baru yakni sekitar 800.000 unit per tahun dengan kapasitas bangun pengembang yang hanya 250.000-400.000 unit per tahun.

Yossi menambahkan dukungan pemerintah baik dari kementerian maupun regulator untuk mendorong sektor properti sangat besar. Tumbuhnya kelas menengah di Indonesia juga merupakan peluang karena mereka memiliki potensi ekonomi yang besar.

"Rasio Mortgage to GDP Indonesia baru 2,9%, berarti masih banyak ruang bisnis perumahan yang bisa dikembangkan," papar Yossi ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/10/2019).

Ia menambahkan, tantangan yang terjadi cukup membuat kondisi keuangan perbankan terbilang ketat. Sehingga diperlukan inovasi untuk mengatasi persoalan tersebut.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah penghematan. Efisiensi yang dilakukan perusahaan dengan melakukan digitalisasi dalam pengelolaan SDM. Salah satunya dengan menerapkan e-learning kepada pegawai yang akan dipromosikan.

"Dengan e-learning kami bisa menghemat sekitar Rp80 miliar, ini berhasil dari efisiensi biaya akomodasi dan tiket peserta learning. Ini jumlah yang cukup besar dan tentu berimbas kepada penurunan biaya operasional," sebut dia.


Yossi mengatakan, dengan penghematan tersebut, BTN berhasil meningkatkan penghasilan pegawai meskipun kondisi keuangan perseroan sangat ketat.

Untuk itu, pengelolaan SDM akan terus mengimplementasikan sistem digital sehingga bisa berdampak positif terhadap kinerja perusahaan dan kesejahteraan pegawai.

Yossi menambahkan, BTN telah banyak berbenah dalam mengelola pegawai atau SDM sebagai aset penting bagi perusahaan. Adapun inovasi yang dilakukan mulai dari proses perekrutan pegawai hingga pengembangan karir untuk menjadi pemimpin perseroan.

"Inisiatif ini kami lakukan agar tercipta human capital yang andal dan mampu membawa Bank BTN beradaptasi serta meningkatkan produktivitas usaha di era industri 4.0," jelasnya.





(das/dna)

Hide Ads