-
Milenial disebut sebagai generasi yang tidak mementingkan hunian. Karena lebih mengutamakan kesenangan seperti liburan, ngopi dan bersenang-senang.
Selain itu uang muka atau down payment yang mahal menjadi salah satu alasan milenial malas mengambil KPR. Selain itu apa lagi ya? Berikut berita selengkapnya:
Manager Marketing Darman Susanto S Communication PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjelaskan saat ini banyak generasi milenial yang belum memiliki rumah karena proses yang sulit.
"Banyak milenial mengeluh uang muka untuk KPR nya mahal. Jadi mereka mundur ketika tahu besaran DP yang harus dibayar," kata Darman dalam acara Indonesia Mortgage Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Memang saat ini, bank memberlakukan uang muka 15-20% untuk kredit pemilikan rumah (KPR).
Dia menjelaskan padahal banyak generasi milenial yang memiliki pendapatan di atas rata-rata namun selalu merasa tidak mampu untuk memiliki rumah.
Hal ini karena banyak milenial yang menggunakan gaji untuk hal-hal tidak penting. Yakni spending di tempat yang salah misalnya terlalu sering ngopi dengan harga yang mahal dan travelling bersama teman-teman yang terlalu sering.
"Milenjal itu spending uangnya di kafe, jalan-jalan dan shopping yang menjadi hiburan untuk diri mereka karena sudah bekerja keras. Nah ini yang membuat makin konsumtif," jelas dia.
Menurut dia, milenial dipastikan mampu untuk memiliki rumah. Karena tidak mungkin selamanya menyewa rumah atau sewa kamar kost.
Selain itu banyak juga milenjal yang menilai pekerjaan mereka belum stabil. Sedangkan di bank untuk mengajukan KPR dibutuhkan pekerjaan yang tetap.
"Jadi kalau di film Avengers itu ada Wakanda Forever, milenial sekarang Wacana Forever untuk punya rumah. Hanya ingin saja, tapi belum direalisasikan," jelas dia.
Darman menyebutkan, padahal saat ini sudah banyak relaksasi yang diberikan dari bank sentral seperti peningkatan Loan to Value (LTV) agar uang muka lebih rendah, jangka waktu cicilan yang lebih mahal hingga promosi bank untuk cicilan yang lebih ringan.
Succes Strategys, Property Developer dan Breakthrough Motivator Ken Handersen menjelaskan selama ini kebanyakan generasi milenial kurang bisa mengatur keuangan.
"Padahal cicilan bulanan itu maksimum 35% dari gaji. Nah kebanyakan milenial tidak bisa mengatur itu. Jadi pas dia ke bank untuk ajukan KPR kaget cicilannya besar," kata dia dalam acara Indonesia Mortgage Forum, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Menurut dia, saat ini milenial bukannya tidak punya uang, tapi cara mengatur yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Seperti menghabiskan uang untuk kongkow atau beli sesuatu yang dilakukan karena keinginan, seperti kopi contohnya. Ken menyebut, jika sehari anak milenial beli kopi seharga Rp50 ribu, dalam 20 hari bisa habis Rp1 juta.
"Milenial itu sebetulnya punya uang, Namun karena sesuatu kebiasaan, mereka nggak bisa berinvestasi," ujar dia.
Karena itu, bank juga harus mengarahkan generasi milenial agar bisa berinvestasi dan mengatur keuangan dengan benar. Salah satunya dengan cara digital.
Karena saat ini generasi milenial mengakses media digital untuk mengetahui berita terkini, kemudahan akses, multitasking, dan kecepatan menjadi alasan utama memilih media digital.
"Ketiga melakukan push and pull marketing, yakni lewat literasi keuangan, memberikan pemahaman untungnya sewa dengan beli properti dan bagaimana cara mengalokasi dana untuk DP," jelas dia.
Sebelumnya berdasarkan survei yang digelar Housing finance center (HFC) terhadap 270 responden berusia 21-35 tahun yang dipilih dari wilayah padat penduduk seperti Jabodetabek, Jawa Timur (Surabaya-Sidoarjo) dan Batam, generasi milenial ingin memiliki rumah tapak dengan harga terjangkau. Selain itu, mereka ingin tenor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) selama 10-15 tahun serta cicilan yang sesuai dengan kemampuan.