Pandemi virus Corona membuat harga rumah bekas alias second turun cukup signifikan. Hal itu dikarenakan adanya penurunan daya beli masyarakat terhadap pembelian rumah, sehingga mau tidak mau keuntungan yang terlalu banyak harus direlakan.
Berikut 3 fakta soal penurunan harga rumah:
1. Rumah Bekas Turun 20%
Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong mengatakan rumah bekas selama pandemi ini bisa turun sampai 20%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau rumah-rumah second itu ada penurunan. Kalau tipe kecil umumnya perubahannya tidak begitu besar range-nya sekitar 5% sampai 10%-an. Tapi kalau rumah besar, rumah mewah bisa 10% sampai 20%-an. Penurunannya lebih murah dibanding harga pasaran ya," kata Lukas kepada detikcom, Minggu (15/11/2020).
Sedangkan untuk harga rumah baru, pengembang disebut tidak menurunkan harga. Mereka menyiasatinnya dengan membuat produk rumah yang lebih kecil sesuai harga untuk pasar yang sedang diminati saat ini yakni untuk kelas menengah.
Baca juga: Rumah Rp 300-500 Juta Paling Banyak Diburu |
2. Rumah Rp 500 Juta ke Atas Laku
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Real Estat Indonesia (REI), Paulus Totok Lusida mengatakan penjualan rumah per Oktober 2020 sebenarnya sudah meningkat tipis 1,59%. Peningkatan penjualan terjadi pada rumah menengah seharga Rp 500 juta sampai Rp 1,5 miliar per unit.
"Karena tren yang ada berada sekitar Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar yang terbanyak, sehingga kita merubah developer ini untuk site plan ke yang lebih kecil tapi lebih sehat. Jadi arsitekturnya kita sesuaikan supaya aliran udara dan layout lebih memenuhi keinginan dari masyarakat," ucapnya saat dihubungi terpisah.
3. Penjualan Rumah Sederhana Turun
Paulus menyebut penjualan segmen rumah sederhana yang nilainya Rp 500 juta ke bawah masih turun sekitar 30%. Pasar rumah menengah dinilai lebih tumbuh untuk saat ini.
"Untuk rumah sederhana juga turun, jadi sampai dengan Oktober ini kita turun sekitar 30%. Yang meningkat itu di atas harga sederhana (menengah) khususnya yang harga paling gede sampai Rp 500 juta. Jadi penguasaan market itu ada di Rp 1,5 miliar ke bawah," imbuhnya.
Kondisi pertumbuhan penjualan pada kelas menengah dinilai tak lepas dari dukungan pemerintah yang memberikan stimulus bagi kelompok masyarakat yang menjadi konsumen properti di segmen tersebut.
(ara/ara)