Jakarta -
Bisnis kos-kosan di Ibu Kota ikut terseret dampak pandemi COVID-19. Banyak kos-kosan yang ditinggalkan penghuninya karena pemerintah menerapkan kegiatan bekerja dan belajar dari rumah. Banyak juga penghuni kos yang memilih tak lanjut sewa karena kena imbas pemotongan gaji atau dirumahkan.
Seperti di kos-kosan yang bernama Djimang House, yang berlokasi di Kelurahan Kalibata, Jakarta Selatan. Jamil pemilik kos tersebut mengatakan, ada 15 kamar yang kosong di kos-kosan miliknya, dari total keseluruhan 52 kamar. Letak kos-kosannya yang dekat dengan pusat kota biasanya tak pernah kosong lebih dari dua kamar.
"Biasanya kalau normal nggak pernah kosong, artinya kosong 1, lalu sudah terisi lagi. Malah banyak yang menunggu. Dari 52 kamar sekitar ada 15 kamar kosong. padahal nggak pernah seperti itu, selalu penuh," kata Jamil kepada detikcom, Selasa (2/2/2021).
Jamil mengatakan, para penghuni kos yang memilih keluar dikarenakan adanya kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH). "Kebanyakan kan karyawan dari daerah, dari Jawa, Kalimantan, lalu ngekos di sini. Nah dia diinfokan kantornya itu 2021 sudah full WFH, jadi mereka pindah, nggak ngekos lagi," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain karyawan, ada sekitar 6-7 orang mahasiswa pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) yang memilih keluar karena tak ada kegiatan belajar langsung di kampus.
Tak hanya kos-kosan milik Jamil, sebuah kos di kelurahan Kemanggisan, Jakarta Barat yang letaknya dekat dengan Binus University juga mulai ditinggal para penghuninya sejak Mei 2020. Atun, sang pengelola kos tersebut mengatakan, dari total 25 kamar, kini hanya 13 kamar yang terisi.
"Biasanya sebelum COVID-19 paling kosong 3-5 kamar, itu pun kosong paling hanya 1-2 bulan. Kalau sekarang ini parah banget, yang nyari pun nggak ada. Ada cuma nanya-nanya doang ya sudah, terus pulang," ungkap Atun ketika dihubungi detikcom secara terpisah.
Atun mengatakan, sebagian besar penghuni kos yang keluar itu adalah mahasiswa Binus yang memilih tak melanjutkan sewa kos karena semua kegiatan kuliah dilakukan secara online.
"Sebelumnya di sini ada anak Binus. Karena COVID-19, kan kuliahnya online, jadi mereka pada keluar, kuliah dari rumah saja. Sekarang yang masih mengisi kos cuma yang pada kerja saja," ujar dia.
Potong Gaji-Dirumahkan
Selain di kos-kosan miliknya, Jamil yang juga menjabat sebagai Ketua RT 10 RW 05 di kawasan tersebut mengatakan, pemilik kos lain di wilayah tersebut juga mulai ditinggalkan penghuninya. Banyak penghuni kos yang merupakan karyawan mal dan restoran mengalami pemotongan gaji sampai dirumahkan, sehingga memilih tak lagi melanjutkan sewa kos.
"Di tempat-tempat lain yang terima gaji setengah kebanyakan mereka pilih mudik daripada ngutang di kos," kata Jamil.
"Kos di belakang tempat saya juga ada 12 kamar, yang terisi sekarang cuma setengahnya. Di situ kebanyakan karyawan di mal dan restoran itu, karena mal terbatas dan restoran banyak yang tutup, akhirnya mereka pulang, nggak kos lagi, karena kebanyakan dirumahkan untuk saat ini," sambung dia.
Dihubungi terpisah, Rachmatunissa yang pernah menjadi penghuni kos-kosan milik Jamil mengaku memilih tak melanjutkan sewa karena saat ini bekerja dari rumah.
Padahal, ia sendiri sudah 8 tahun menjadi penghuni di kos milik Jamil. Ia mengaku sedih ketika harus meninggalkan kos yang telah menjadi rumah keduanya itu.
"Saya saja 8 tahun ada kali di sini, ini kos terlama, terbetah, dan terakhir. Dalam beberapa bulan ini bertubi-tubi banyak yang cabut. Biasanya, kalau ada yang cabut nggak lama sudah terisi lagi. Saya dulu malah mengincar kos ini dari masih ada orangnya, sudah saya teror melulu Ibu kos supaya kalau kosong langsung buat saya. Wajar jadinya agak baper (terbawa perasaan) dan campur aduk perasaan meninggalkan kosan ini," imbuhnya.
Keringanan
Meski bisnisnya sedang tertekan, tak sedikit pemilik kos yang masih mau memberikan keringanan kepada penghuni kos berupa keringanan waktu, atau potongan biaya sewa.
Rita misalnya, pemilik kos di kawasan Tomang, Jakarta Barat yang memberikan keringanan waktu kepada penghuni kos untuk membayar sewa bulanan. Ia mengatakan, keringanan itu diberikannya karena penghuni kosnya sedang mengalami keterlambatan gaji di tempat kerja.
"Kalau nunggak bayar sewa sih nggak, paling jadi mundur saja. Paling (keringanan) waktu saja sampai waktu mereka gajian," kata Rita kepada detikcom.
Selain itu, ada juga penghuni kos yang terkena dampak pengurangan karyawan. Penghuni kos itu saat ini memilih tinggal satu kamar berdua dengan temannya di kos milik Rita tersebut.
"Sekarang sih ada yang kena pengurangan karyawan juga. Jadi ada anak yang kena dampak ini jadi pindah satu kamar dengan temannya di kos saya," tutur dia.
Kembali ke Atun, ia mengatakan dirinya juga memberi keringanan untuk iuran kos. Khususnya untuk penghuni yang sedang mudik, dan meninggalkan kamar kosnya dalam waktu yang cukup lama.
"Kalau lagi nggak ditempati dipotong Rp 300.000. Kan di sini Rp 1,4 juta/bulan, dikurangi Rp 300.000 jadi Rp 1,1 juta/bulan kalau nggak ditempati, tapi masih ada barang," jelas Atun kepada detikcom.
Menurutnya, keringanan itu hanya diberikan selama pandemi. "Ini keringanannya saat pandemi saja, sebelum pandemi dipakai atau nggak tetap bayar normal Rp 1,4 juta/bulan. Ini keringanan dari kos karena pandemi," tandasnya.