Geger Desain Garuda Istana Negara, Desainer Buka Suara

Geger Desain Garuda Istana Negara, Desainer Buka Suara

Soraya Novika - detikFinance
Kamis, 01 Apr 2021 20:00 WIB
Jakarta -

Belakangan publik dibuat geger oleh desain Istana Negara di Ibu Kota Baru. Istana Negara rencananya bakal dibangun berbentuk Burung Garuda.

Hal itulah yang memunculkan perdebatan. Untuk itu, seniman asal Bali, Nyoman Nuarta yang mendesain Istana Negara tersebut langsung buka suara soal alasannya memilih bentuk burung garuda sebagai desain Istana Negara.

Menurut Nyoman, burung Garuda adalah lambang yang paling mewakili Indonesia. Sejak diperkenalkan dan diresmikan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Presiden Soekarno, 11 Februari 1950, Garuda Pancasila resmi menjadi lambang negara Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak itu pula burung Garuda tidak hanya dikenal sebagai burung mitologis, sebagaimana telah ditemukan dalam berbagai peninggalan arkeologis dan kitab-kitab klasik, tetapi telah menjelma menjadi pemersatu bangsa.

Menurutnya sosok Garuda yang kuat, tak kenal menyerah, disiplin, penuh dedikasi, satya wacana, serta pemelihara keseimbangan dunia, benar-benar telah menjadi inspirasi seluruh bangsa.

ADVERTISEMENT

Kini ketika menyebut kata Garuda, sambungnya, maka akan selalu identik dengan negara besar yang memiliki luas daratan mencapai 1.919.440 kilometer persegi serta lebih dari 17.508 pulau dengan sekitar 714 suku bangsa, yang memiliki 1.100 bahasa.

"Sekarang, kalau menyebut nama burung Garuda, maka itulah Indonesia, negeri dengan sejarah panjang, yang dikarunia keragaman etnis dan bahasa, serta hutan tropis dengan kekayaan vegetasi yang tak ternilai harganya. Itu artinya, ketika kita menyebutkan nama Garuda, maka itulah sebuah rumah besar (istana) bagi persaudaraan, persatuan, dan kerukunan hidup bersama. Apalagi kalau kita ingat semboyan yang tertulis dalam pita yang dicengkeram hari- jari kaki Garuda, Bhineka Tunggal Ika, kita berbeda tetapi tetap menjadi satu jua," ujar Nyoman dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Kamis (1/4/2021).

Jadi pada posisi itu Istana Negara, tambah Nyoman Nuarta, akan menjadi simbol pemersatu bangsa, yang diharapkan dapat mengatasi segala perbedaan, segala silang pandang, segala keragaman adat istiadat dan prilaku, dan bahkan perbedaan kepercayaan dan agama.

"Simbol persatuan yang dilekatkan pada Garuda, dalam Istana Negara akan benar-benar ditransformasikan dan diwujudkan dalam sebentuk pola arsitektur dengan mempertimbangkan aspek-aspek estetik, nilai guna, serta manfaat bagi kemajuan dunia pariwisata Tanah Air," katanya.

Rancangan Sosok Garuda Istana Negara dirancang sebagai sesosok patung Garuda yang tidak berhenti hanya sebagai landmark sebuah kawasan, tetapi lebih-lebih adalah perwujudan pencapaian sinergi antara seni, sains, dan teknologi.

"Sebagai negara dengan keragaman kebudayaan yang kaya, Indonesia harus lahir menjadi satu-satunya negara di dunia yang berhasil memadukan secara pekat antara seni, sains, dan teknologi," tambahnya.

Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali misalnya, telah dirancang menjadi magnet baru bagi pergerakan kebudayaan dunia dengan sepandai-pandainya menggunakan industri pariwisata, yang telah menjadi industri jasa penghasil devisa terbesar di dunia.

"Dalam tubuh patung Garuda, presiden akan berkantor, ditambah dengan unsur-unsur pendukung seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden," ucapnya.

Lebih lanjut, Nyoman menambahkan, wujud burung Garuda, tidak berhenti sebagai sosok patung yang besar, tetapi menjadi karya arsitektural yang memadukan seni dan struktur bangunan gedung.

"Inilah perpaduan antara unsur-unsur estetika dan desain," imbuhnya

Bagaimana rekomendasi dari para arsitek? Buka halaman selanjutnya.

Akan tetapi, desain itu dikritisi para arsitek yang tergabung dalam Asosiasi Profesi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (IAP). Menurut mereka, desain burung Garuda itu lebih cocok dijadikan monumen atau tugu saja dari pada menjadi desain Istana Negara.

"Kami merekomendasikan versi burung Garuda disesuaikan menjadi monumen atau tugu saja pada posisi strategis tertentu di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dan dilepaskan dari fungsi bangunan istana," kata kelima asosiasi tersebut dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Kamis (1/4/2021).

Mereka juga mengusulkan agar desain Istana Negara dibuat ramah lingkungan.

"Mengusulkan desain bangunan gedung istana agar disayembarakan dengan prinsip dan ketentuan desain yang sudah disepakati dalam hal perancangan kawasan maupun penataan tata ruangnya termasuk target menjadi model bangunan sehat beremisi nol," sambungnya.

Kelimanya berpendapat memulai pembangunan Ibu Kota Baru tidak perlu tergesa-gesa harus melalui bangunan gedung, tetapi dapat melalui TUGU NOL yang dapat ditandai dengan membangun kembali lanskap hutan hujan tropis. Seperti penanaman kembali pohon endemik Kalimantan yang nantinya menjadi simbol bahwa pembangunan IKN memang merepresentasikan ke berpihakan pada lingkungan seperti dalam narasi skema sayembara Nagara Rimba Nusa untuk 'membangun hutan terlebih dahulu baru membangun kotanya',"

"Kami berharap pernyataan dan rekomendasi ini dapat menjadi bahan pengayaan dan masukan bagi pemerintah dalam menyiapkan pemindahan dan pembangunan IKN ini. Salah dalam merencanakan maka rencana itu akan menghasilkan kegagalan," imbuhnya.


Hide Ads