Budiman Sudjatmiko menjelaskan, Bukit Algoritma akan sedikit berbeda dengan Silicon Valley. Pertama Bukit Algoritma tidak hanya sebagai pusat teknologi tinggi dan inovasi seperti Silicon Valley, tapi juga ada pengembangan biotech.
"Kalau di Silicon Valley kan tidak terlalu banyak biotech, kalau di AS itu pusatnya untuk biotech di Boston," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan kedua, lanjut Budiman, Bukit Algoritma juga mengedepankan kajian-kajian filsafat dan antropologi dalam pengembangan riset dan teknologinya. Menurutnya itu faktor penting yang tidak dimiliki Silicon Valley.
"Ini penting, karena perkembangan teknologi itu kan juga harus dituntun oleh pertimbangan-pertimbangan etis. Lalu antropologi memahami agar jangan sampai perkembangan teknologi yang dikembangkan itu bertentangan dengan keanekaragaman budaya," terangnya.
Menurutnya teknologi yang dikembangkan di Bukit Algoritma nantinya tidak boleh mematikan kearifan lokal. Justru teknologi yang ada menjadi pendukung untuk kearifan lokal.
Lalu dari sisi fasilitas, Budiman menegaskan Bukit Algoritma juga akan terdapat fasilitas pendidikan seperti di Silicon Valley. Namun bedanya pendidikan yang ada nantinya tidak berdasarkan gelar, tapi lebih kepada vokasi.
"Kita antisipasi juga, pendidikan bukan seperti yang kita pahami saat ini. Tidak harus gelar, tapi berorientasi pada kursus yang mendalam, berkaitan dengan keterampilan. Jadi pendidikan vokasi, tetapi diberikan pemahaman-pemahaman filosofis artinya menjadi manusia yang hidup di era new normal. Jadi bukan cuma coding atau programming tapi juga kemampuan riset inovatif dan filosofis juga dan pendidikan kewirausahaan," terangnya.
Menurutnya anak-anak Indonesia yang lulusan Silicon Valley juga sudah berminat untuk ikut berpartisipasi dalam Bukit Algoritma.
Lalu Silicon Valley juga dikelilingi perusahaan-perusahaan yang siap menampung hasil risetnya. Nah di Bukit Algoritma menurutnya pihak yang menampung hasil riset adalah desa.
Untuk urusan riset, Budiman menegaskan bahwa Bukit Algoritma telah menggandeng beberapa universitas baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk dalam negeri ada IPB, ITB dan Unpad yang diakuinya sudah melakukan MoU. Para universitas itu akan diberikan lahan masing-masing 25 ha.
"Jadi kita bahkan juga sudah MoU dengan IPB, ITB dan Unpad. Masing-masing kampus kita kasih 25 ha. Selama ini mereka belum bisa jalan karena belum ada kegiatan, tapi dengan adanya investasi mereka bersedia," ucapnya.
Tak hanya itu, menurut Budiman, Bukit Algoritma juga akan dilengkapi dengan hotel, resort, laboratorium, sungai dan danau buatan. Bahkan menurutnya juga akan ada tempat belanja. "Jadi akan seperti kota," tutupnya.
(das/ara)