Pengusaha Properti Keluhkan Sulitnya Jual Unit Premium saat Pandemi

Pengusaha Properti Keluhkan Sulitnya Jual Unit Premium saat Pandemi

Pradito Rida Pertana - detikFinance
Selasa, 04 Mei 2021 20:15 WIB
Bank Indonesia (BI) siap mengeluarkan ketentuan baru Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA), termasuk besaran loan to value atau uang muka. Hal tersebut merupakan dampak dari naiknya BI Rate.
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Bantul -

Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut penjualan hunian kelas premium anjlok selama pandemi COVID-19. Namun, untuk penjualan properti menengah ke bawah masih bergeliat.

Ketua DPD REI DIY Ilham Muhammad Nur mengatakan, bahwa melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, khususnya pada kuartal terakhir 2020 untuk properti plus sekitar 2%. Untuk arti plus 2% sendiri, kata Ilham, adalah menunjukkan masih ada tren positif di sektor properti.

"Nah, tentu data itu kita rasakan juga sih bahwa teman-teman yang berjualan (unit hunian) dengan pasar yang tepat tetap bisa berjualan, tetapi memang volumenya tidak sebesar sebelum pandemi," katanya di sela-sela acara DPD REI DIY berbagi bingkisan lebaran untuk 750 pekerja harian lepas (PHL) Kabupaten Bantul di Kompleks Parasamya Kabupaten Bantul, Selasa (4/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dulu mungkin volumenya 100% sekarang tinggal 50%, tapi tetap bisa berjualan dengan catatan di pasar yang tepat. Karena itu selama pandemi berdampak sekali, sangat berdampak dan sangat drastis penurunannya," imbuh Ilham.

Menurutnya, siklus penjualan properti layaknya piramida terbalik, sehingga makin tinggi harganya makin kecil pasarnya. "Nah, kalau pasarnya kecil, tentu itu lebih berat," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Hal tersebut membuat penjualan unit hunian kelas premium di DIY anjlok. Sedangkan penjualan unit hunian untuk kelas menengah ke bawah masih terus bergeliat meski tidak sebanyak sebelum pandemi COVID-19.

"Jadi harga-harga rumah premium, apartemen atau premium pasarnya memang sangat menurun drastis. Karena itu selama pandemi ini yang turun (penjualannya) menengah ke atas, kalau menengah ke bawah masih," katanya.

"Tapi masihnya tetap menurun ya, masih itu bukan berarti sama (penjualan saat sebelum pandemi COVID-19). Jadi misalnya dulu adanya 10 (unit terjual) sekarang 5. Sementara kalau yang menengah ke atas misal dulu ada 10 sekarang adanya 1 bahkan bisa tidak ada," lanjut Ilham.

Menyoal detail penurunan penjualan unit hunian selama pandemi di DIY, Ilham enggan menjelaskannya secara detail. Namun, untuk penjualan unit hunian kelas menengah ke bawah ada kenaikan.

"Kalau dilihat kurang lebih sama dengan tahun lalu ya untuk yang (penjualan unit hunian kelas) menengah ke bawah. Jadi tetap ada kenaikan 3-5% tapi dalam bahasa dulu pernah turun. Jadi belum seperti di pasar semula," ujarnya.

Terkait grafik penjualan properti di awal tahun ini, Ilham mengaku grafiknya masih bergerak. Namun grafik itu untuk penjualan unit hunian kelas menengah ke bawah.

"Kalau melihat cerita teman-teman penjualan ada yang tetap bergerak, tetap sama gitu ya. Dan lagi-lagi pasar kelas menengah ke bawah itu jualannya tetap baik," katanya.

(ara/ara)

Hide Ads