Bangun Rumah Kini Bisa Dicetak, Biayanya Bisa Lebih Murah?

Bangun Rumah Kini Bisa Dicetak, Biayanya Bisa Lebih Murah?

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 15 Sep 2021 18:16 WIB
2750 Rumah Tidak Layak Huni Dibedah Jadi Homestay

Pekerja melakukan proses pembangunan Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) Desa Pulisan, Kecamatan Likupang Timur, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Kementrian PUPR melalui Ditjen Perumahan melaksanakan Program Sarhunta yang merupakan rangkaian kegiatan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau bedah rumah untuk 2.750 unit rumah tidak layak huni agar bisa menjadiΒ homestayΒ yang menarik untuk mendukung pariwisata.Β 

Total rumah yang akan menjadi target Program Sarhunta berada di KSPN Danau Toba sebanyak 1.000 unit, Borobudur 350 unit, Mandalika 500 unit, Labuan Bajo 600 unit, dan Likupang 300 unit dengan anggaran sebesar Rp429,23 miliar.

Homestay yang dibangun memiliki tipe 36 dengan mengusung konsep ecovillage dan mengedepankan kearifan lokal.

Pembangunan Sarhunta dibagi menjadi dua yakni pertama, peningkatan kualitas rumah tidak layak huni menjadi layak huni sebagai Sarhunta serta peningkatan kualitas rumah tidak layak huni disepanjang koridor menuju lokasi pariwisata.

Foto : Agung Pambudhy/Detikcom
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Perkembangan teknologi juga merambah industri properti. Untuk pembangunan rumah kini lebih efisien dengan adanya teknologi rumah metode cetak.

Teknologi itu dikembangkan oleh BUMN PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) dan Tim Fasilitasi Program Rumah Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) Sumatera Selatan.

Mereka menjalin kerja sama dalam penggunaan teknologi rumah metode cetak one day one home (DynaHome) yang dimiliki SIG untuk Program Percepatan Pembangunan Perumahan di Sumatera Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Penggunaan Teknologi Rumah Monolitik dilakukan oleh Direktur Marketing dan Supply Chain SIG, Adi Munandir dan Ketua Tim Fasilitasi BP2BT dan Green Housing Sumatera Selatan, J Riantony disaksikan oleh Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, Herry Trisaputra Zuna.

Direktur Marketing dan Supply Chain SIG, Adi Munandir mengatakan, inovasi dan solusi DynaHome yang dihadirkan oleh SIG bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam pembangunan rumah massal dengan waktu yang singkat dan biaya yang efisien tanpa mengurangi kualitas dari bangunan itu sendiri.

ADVERTISEMENT

"Teknologi konstruksi DynaHome dapat memberikan solusi terhadap tantangan yang dihadapi oleh para pelanggan dan pemangku kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan perumahan," dalam keterangan tertulis dikutip Rabu (15/9/2021).

Adi Munandir menjelaskan, SIG berharap bisa ikut berperan dalam pengembangan industri properti masa dengan dengan solusi-solusi produk yang ramah lingkungan.

"Melalui MoU ini kian memantapkan komitmen SIG sebagai perusahaan berwawasan masa depan yang memberi nilai tambah kepada masyarakat dan lingkungan. Kami berharap kerja sama ini dapat menjadi salah satu solusi dari SIG dalam pemenuhan target pembangunan rumah bagi masyarakat," tambahnya.

Ketua Tim Fasilitasi Program Rumah BP2BT dan Green Housing Sumatera Selatan, J Riantony menjelaskan kerja sama ini sebagai upaya memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan rumah dengan harga terjangkau.

"Mudah-mudahan kerja sama ini bisa dapat diwujudkan terutama di Sumatera Selatan sebagai pilot project. Nantinya kami akan mengkolaborasikan rumah DynaHome dengan solar cell, septic tank komunal serta integrasi dengan rumah green housing yang telah dijajaki dan dalam proses sertifikasi," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Jendral Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, Herry Trisaputra Zuna menyambut baik dengan adanya MoU ini. Menurutnya melalui teknologi konstruksi DynaHome dapat menghasilkan rumah dengan biaya efisien dan terjangkau.

"Kami berharap dalam perjalanan kolaborasi ini, muncul inovasi-inovasi lain yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum milenial. Dari 270 juta masyarakat Indonesia, 26% diantaranya kaum milenial yang mulai memikirkan untuk memiliki rumah," ujarnya.


Hide Ads