Raja Yordania Borong Properti Rp 1,3 T, Sumber Duitnya Diduga Bocor!

Raja Yordania Borong Properti Rp 1,3 T, Sumber Duitnya Diduga Bocor!

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 04 Okt 2021 08:56 WIB
Jordans King Abdullah II ibn Al Hussein addresses the 73rd session of the United Nations General Assembly at U.N. headquarters in New York, U.S., September 25, 2018. REUTERS/Carlo Allegri
Raja Yordania, Abdullah II bin Al-Hussein/Foto: REUTERS/Carlo Allegri
Jakarta -

Raja Yordania, Abdullah II bin Al-Hussein terungkap memborong properti di Inggris dan Amerika Serikat (AS). Uang yang dia habiskan sebanyak 70 juta poundsterling atau Rp 1,3 triliun (kurs Rp 19.398).

Raja Abdullah telah membeli 15 rumah sejak tahun 1999. Pengacara Raja Abdullah mengatakan raja menggunakan kekayaan pribadinya untuk membeli rumah. Dia menepis kabar bahwa kliennya itu menggunakan dana perusahaan untuk membeli properti.

Data mengenai properti yang dimiliki raja Abdullah ada di data perusahaan yang terungkap dalam Pandora Papers. Perusahaan itu terkenal menawarkan layanan keuangan rahasia dan kekayaan rahasia yang dimiliki konglomerat. Data Abdullah diketahui bocor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokumen-dokumen dalam Pandora Papers mengungkapkan ada tiga perusahaan diwakili oleh firma hukum Panama, dan semuanya diam-diam dimiliki oleh Raja Yordania. Sebanyak tiga perusahaan itu tercatat membeli properti di AS-Inggris, sebagaimana dikutip dari BBC, Senin (4/10/2021).

Properti yang dimiliki Abdullah yaitu rumah di Malibu, dan London hingga Ascot di Inggris. Lalu, sang raja juga membeli empat apartemen di Georgetown, properti termahal di Washington DC. Pembelian itu dilakukan pada rentang waktu 2012 hingga 2014.

ADVERTISEMENT

Ada kemungkinan Abdullah juga membeli properti senilai US$ 16 juta untuk putranya, Putra Mahkota Hussein yang kuliah di Universitas Georgetown pada tahun yang sama.

Untuk properti di Malibu dibeli seharga US$ 33,5 juta pada tahun 2014 oleh Nabisco Holdings SA. Sebuah perusahaan di British Virgin Islands (BVI).

Ada dua perusahaan berbeda asal BVI yang membeli dua properti pada tahun 2015 dan 2017 dengan total US$ 68 juta dan ketiganya sedang dikembangkan menjadi satu properti besar.

Yordania merupakan negara yang menerima bantuan dari asing yang cukup besar, di antaranya bantuan dari Inggris dan AS. Pada 2019, pemerintah Inggris pernah menggelontorkan bantuan sebanyak 65 juta poundsterling untuk lima tahun.

(ara/ara)

Hide Ads