Harga Properti di Jakut Tetap Tinggi Meski Mau Tenggelam, Ini Alasannya

Harga Properti di Jakut Tetap Tinggi Meski Mau Tenggelam, Ini Alasannya

Siti Fatimah - detikFinance
Rabu, 06 Okt 2021 14:45 WIB
Nama Pantai Pasir Putih di kawasan Pantai Indah Kapuk tengah populer di kalangan traveler. Yuk, lihat lagi keseruannya!.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kabar mengenai potensi Jakarta tenggelam sudah sering terdengar. Jakarta Utara akan yang terlebih dahulu tenggelam karena penurunan tanah (lend subsidence) di sana merupakan yang terparah.

Akan tetapi, adanya ancaman Jakarta tenggelam tampaknya tak mempengaruhi harga jual properti. Hingga hari ini, harga rumah di Jakarta Utara terbilang masih moncer.

Director Advisory Sales Colliers International Indonesia, Monica Koesnovagril mengatakan, penurunan permukaan tanah di Jakarta Utara sudah sering terdengar bagi orang-orang yang bekerja di jasa konstruksi. Dia pun menilai, masih terlalu dini jika dengan ancaman itu membuat warga pindah tempat tinggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masih sumir kalau diasumsikan orang-orang Jakarta Utara akan pindah ke Selatan, masih sangat awal. Muka (permukaan) tanah sudah turun sejak lama, tetapi belakangan di-blow up lagi dari luar negeri. Jadi Pak Basuki (Menteri PUPR) kembali mempertegas itu," kata Monica saat menanggapi pertanyaan wartawan dalam media briefing secara virtual, Rabu (5/10/2021).

Adapun menanggapi kabar potensi Jakarta tenggelam, Colliers selaku lembaga penyedia layanan kajian dan analisis mengatakan bahwa harga properti di Jakarta Utara bisa tetap tinggi lantaran adanya teknologi yang menopang infrastruktur tersebut.

ADVERTISEMENT

"Aman atau tidak aman bisa dipastikan dengan teknologi. Yang saya lihat, perumahan di utara jadi lebih mahal karena infrastrukturnya juga mahal. Mereka mengatasi ini (tanah turun) dengan teknologi, jadinya lebih mahal. Akhirnya, properti dan rumah di sana jadi mahal juga," ujarnya.

Berbagai pihak turut meminimalisasi dampak penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta Utara, khususnya Pantai Indah Kapuk (PIK), Pluit, Muara Karang, dan Kelapa Gading. Salah satunya melalui program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).

Simak Video: Biar Cuan Investasi Properti Saat Pandemi

[Gambas:Video 20detik]



Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto menambahkan, ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat tetap bertahan di huniannya.

"Jika memang daerah tersebut sudah mengikat secara geografis, strategis, dan karena komunitas, properti di sana tetap akan tinggi harganya," kata Ferry dalam media briefing secara virtual, Rabu (6/10/2021).

Dia mencontohkan, misalnya untuk kawasan padat Kelapa Gading. Meski sering banjir, warga di sana tidak pernah berpikiran untuk pindah. Bahkan, bisa dikatakan warga sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu.

"Contoh di Kelapa Gading selalu banjir, tapi saya tidak melihat ada orang yang kapok," tuturnya.

Sekedar diketahui, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat (PUPR) sebelumnya menyebutkan, Jakarta Utara termasuk dalam daerah yang terjadi penurunan tanah terparah.

"Datanya Jakarta Utara turun 10-12. Itu yang paling parah kalau kita lihat di Pluit, selain karena tanahnya konsolidasi tapi juga banyak air tanah yang diambil," kata Basuki di kantor KemenPUPR, Senin (5/10/2021).


Hide Ads