Proyek pembangunan ibu kota negara (IKN) di Kalimantan Timur dikritik ekonom Faisal Basri. Menurutnya sejak awal tidak ada rencana penggunaan duit negara, namun ternyata ada kucuran dana APBN.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat percaya diri proyek ibu kota baru bisa jalan tanpa kucuran APBN. Inilah, yang kata Faisal, ada pembisik ke Jokowi soal ibu kota baru bisa dibangun tanpa APBN.
"Itu gara-gara pengambilan keputusannya dilandasi oleh pembisik. Jadi pembisik yang dibawa ke istana oleh siapa, saya nggak tahu, investor bilang ke Pak Jokowi bahwa saya siap dana US$ 100 miliar," ungkap Faisal dalam acara 'Adu Perspektif' detikcom, Rabu (26/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dana tersebut sangat besar dan kemungkinan cukup untuk pembangunan ibu kota baru. Perkataan Faisal Basri ini berdasarkan informasi dari seorang Wakil Menteri.
"Ini seorang Wakil Menteri yang cerita ke saya, saya bukan mengada-ada," tegas Faisal Basri.
Namun belakangan baru diketahui ada syarat di balik uang tersebut. Persyaratan tersebut yakni negara harus menghadirkan 5 juta penduduk.
Menurut Faisal, 5 juta orang ini membutuhkan rumah, sekolah, perkantoran, dan lain-lain di mana investor itu yang menentukan dan membangun.
Tahu ada syarat seperti itu, akhirnya Jokowi mengurungkan niatnya untuk menerima seluruh investasi yang dijanjikan tadi. Ujungnya, dikucurkan lah APBN untuk proyek ibu kota baru.
"Akhirnya Pak Jokowi sadar, 'oh iya ya nggak boleh begini dong'. Makanya muncul lah dana dari APBN itu," ujar Faisal.
Faisal Basri beberkan keganjilan proyek ibu kota baru? Apa saja? Klik halaman berikutnya