Sentil Proyek IKN, Faisal Basri Singgung Pembisik Jokowi, Siapa?

Sentil Proyek IKN, Faisal Basri Singgung Pembisik Jokowi, Siapa?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 27 Jan 2022 18:05 WIB
Ekonom dan politikus
Foto: Muhammad Ridho: Ekonom Faisal Basri
Jakarta -

Proyek pembangunan ibu kota negara (IKN) di Kalimantan Timur dikritik ekonom Faisal Basri. Menurutnya sejak awal tidak ada rencana penggunaan duit negara, namun ternyata ada kucuran dana APBN.

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat percaya diri proyek ibu kota baru bisa jalan tanpa kucuran APBN. Inilah, yang kata Faisal, ada pembisik ke Jokowi soal ibu kota baru bisa dibangun tanpa APBN.

"Itu gara-gara pengambilan keputusannya dilandasi oleh pembisik. Jadi pembisik yang dibawa ke istana oleh siapa, saya nggak tahu, investor bilang ke Pak Jokowi bahwa saya siap dana US$ 100 miliar," ungkap Faisal dalam acara 'Adu Perspektif' detikcom, Rabu (26/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dana tersebut sangat besar dan kemungkinan cukup untuk pembangunan ibu kota baru. Perkataan Faisal Basri ini berdasarkan informasi dari seorang Wakil Menteri.

"Ini seorang Wakil Menteri yang cerita ke saya, saya bukan mengada-ada," tegas Faisal Basri.

ADVERTISEMENT

Namun belakangan baru diketahui ada syarat di balik uang tersebut. Persyaratan tersebut yakni negara harus menghadirkan 5 juta penduduk.

Menurut Faisal, 5 juta orang ini membutuhkan rumah, sekolah, perkantoran, dan lain-lain di mana investor itu yang menentukan dan membangun.

Tahu ada syarat seperti itu, akhirnya Jokowi mengurungkan niatnya untuk menerima seluruh investasi yang dijanjikan tadi. Ujungnya, dikucurkan lah APBN untuk proyek ibu kota baru.

"Akhirnya Pak Jokowi sadar, 'oh iya ya nggak boleh begini dong'. Makanya muncul lah dana dari APBN itu," ujar Faisal.

Faisal Basri beberkan keganjilan proyek ibu kota baru? Apa saja? Klik halaman berikutnya

Keganjilan yang ada di ibu kota baru menurutnya terjadi karena adanya konflik kepentingan lewat pembangunan pabrik semen hingga pengadaan air ibu kota baru.

Pertama, keganjilan yang muncul adalah pembangunan pabrik semen baru di Kalimantan Timur yang dilakukan secara tiba-tiba.

Menurutnya pabrik itu akan dibangun oleh China, pembangunan pabrik yang berdekatan dengan ibu kota baru bagaikan memberikan kesempatan kepada China untuk menyuplai semen ke ibu kota baru.

Padahal, di sisi lain industri semen dalam negeri dalam kondisi kelebihan pasokan. Harusnya ibu kota baru menyerap pasokan semen yang surplus di dalam negeri.

"Padahal, pabrik semen di kita sekarang kelebihan kapasitas, hanya terpakai 60% jadi harusnya ibu kota baru itu mampu menyerap semen-semen, dan pabrik semen yang udah ada. Kenapa diizinkan pabrik semen baru Hongshi Group itu, dari China lagi," kata Faisal.

Kedua, dari informasi yang dia terima, pengadaan air di ibu kota baru dilakukan oleh perusahaan Hasjim Djojohadikusumo. Tokoh tersebut adalah adik dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

"Pengadaan logistik untuk pembangunan ibu kota lewat dua pelabuhan yang dimiliki oleh Sukanto Tanoto dan Hasjim Djojohadikusumo juga," tambah Faisal.

Keganjilan yang ketiga adalah pengembangan kawasan industri di Kalimantan Utara yang dinilai bakal menjadi penopang ibu kota baru. Faisal mengatakan rencananya Kalimantan Utara akan dikembangkan menjadi green city.

Nah mayoritas pembangunan green city itu menurut Faisal akan dibiayai dari investasi China. Lagi-lagi China ikut terlibat.


Hide Ads