Pemerintah berniat memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur (Kaltim) salah satu alasannya karena minim risiko bencana alam. Jika melihat DKI Jakarta, beberapa kali dalam waktu berdekatan diguncang gempa yang pusatnya di Banten.
Awalnya gempa berkekuatan magnitudo (M) 6,7 yang berpusat di Sumur, Banten pada Jumat (14/1). Lalu pada Jumat (4/2) gempa berkekuatan M 5,5 kembali terjadi di Bayah, Banten. Kedua guncangan itu diikuti gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan yang lebih rendah.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan kondisi bencana alam yang menimpa DKI Jakarta ini semakin memperkuat pemindahan ibu kota ke Kaltim. Pasalnya di sana lebih aman dari gempa daripada Pulau Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya (gempa) bukan akhir-akhir ini saja karena bencana alam itu periodik ya dan memang pulau Jawa salah satu yang rawan gempa, beda dengan Kalimantan yang memang lebih aman dari gempa. Itu juga salah satu alasan kenapa pindah ke sana. Jadi alasan ini saya pikir memang memperkuat untuk pemindahan ibu kota," kata Faisal kepada wartawan, Minggu (6/2/2022).
Faisal menilai pemindahan ibu kota memang diperlukan mengingat beban DKI Jakarta sebagai ibu kota yang sudah semakin banyak. Hanya saja yang dipermasalahkan adalah waktunya tidak tepat jika dilakukan di tengah pandemi COVID-19 saat ini.
"Jadi ada sesuatu yang memang urgent untuk dipertimbangkan, bukan berarti pindah ibu kota tidak perlu dilakukan, saya rasa perlu, cuma masalahnya disesuaikan timing-nya dan kemampuan kapasitas finansial kita karena kita pengin pembangunan ibu kota mempertimbangkan segala macam aspek seperti budaya, hak-hak masyarakat setempat, kelestarian lingkungan dan lain-lain," tuturnya.
Pandangan lain disampaikan Pengamat Kebijakan Publik Harryadin Mahardika. Menurutnya pemindahan ibu kota saat ini kurang tepat karena belum ada kesepakatan nasional secara utuh.
"Menurut saya pemindahan ibu kota kurang tepat karena belum ada konsensus nasional secara utuh dan konstitusional," bebernya.
Lagi pula, kata Harryadin, Kaltim sebagai lokasi ibu kota baru juga tidak luput dari bencana alam. "Di Kaltim juga ada bencana yang lebih sering dan sama berbahayanya, yaitu banjir dan kebakaran hutan," tandasnya.
(zlf/zlf)