Tidak hanya konsep objek yang kental dengan lambang negara, Nyoman merancang agar kawasan IKN tetap menjadi kawasan yang asri. Apa lagi Kalimantan terkenal sebagai paru-paru dunia, jadi dia ingin konsepnya hutan yang mencaplok bangunan.
"Karena begini paru-paru dunia dikenal dunia itu Kalimantan. Kita harus kembalikan, bukan kota bangunan-bangunan mencaplok hutan, bukan. Malah dibalik, kalau saya, saya balik hutannya yang mencaplok bangunan seperti gurita," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan tetap mempertahankan hutan dan asrinya wilayah Kalimantan di IKN, itu juga akan menghemat energi terutama penggunaan AC. Jadi, rencananya di samping-samping istana negara akan tetap banyak pepohonan.
"Kalau menurut saya namanya smart city itu kita bagaimana kita memanfaatkan alam. Ingat kita ini di khatulistiwa, panas. Kalau nyalain AC terus menerus mahal biayanya. Walaupun itu dari apa namanya solar sel. Tetap bagusnya bagaimana kita mendinginkan mengurangi CO2 itu dengan tanaman," jelasnya.
Selain itu, Nyoman telah merancang agar ada tambahan lahan 100 hektar untuk membangun botanical garden di depan istana negara. Ia juga meminta agar area sekitar istana negara tidak boleh dibangun bangunan lain, apalagi bangunan tinggi yang menghalangi view istana negara.
"Maksudnya begini bayangkan saudara-saudara saya dari Bali datang ke sana pengin lihat istana terapi istana ditutup tidak bisa lihat, kecewa kan? Datang saudara-saudara kita dari Aceh karena kebetulan ada tamu agung nggak boleh masuk ke istana. Kekecewaan ini yang seperti itu akan menjauhkan masyarakat," ungkapnya
"Istana ini haruslah milik masyarakat dan dirasakan oleh masyarakat, jangan dijauhkan rakyat," imbuhnya.
(eds/eds)