Milenial Susah Punya Rumah, Harus Gimana?

Milenial Susah Punya Rumah, Harus Gimana?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 10 Jul 2022 06:15 WIB
Beli rumah pakai FLPP
Foto: Tim Infografis, Luthfy Syahban
Jakarta -

Himpitan kebutuhan ekonomi saat ini membuat generasi milenial disebut sulit untuk memiliki rumah secara pribadi. Apalagi dengan harga yang semakin mahal, hingga suku bunga yang semakin tinggi membuat rumah makin sulit digapai oleh generasi milenial.

Padahal pemerintah sudah memiliki berbagai program untuk meringankan masyarakat berpenghasilan rendah dengan subsidi selisih bunga sampai rumah subsidi.

Namun hal itu dinilai kurang membantu para generasi milenial dalam memiliki rumah. Apalagi generasi milenial yang juga jadi generasi sandwich. Yang terhimpit kebutuhan orang tua, diri sendiri dan keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengamini proyeksi jika anak muda di Indonesia akan makin susah punya rumah. Terlebih bagi mereka yang masih punya tanggungan untuk keluarga.

"Apalagi anak muda yang baru mulai berkeluarga. Mereka akan dijepit sana-sini menjadi sandwich generation," kata Bhima saat dihubungi, Sabtu (9/7/2022).

ADVERTISEMENT

Hal ini menurut Bhima, karena banyaknya tekanan yang ada dari perekonomian. Seperti ancaman inflasi atau kenaikan harga, ancaman tingginya suku bunga.

"Imbas inflasi yang naik maka BI harus menaikkan suku bunga 25 bps untuk menjaga stabilitas kurs rupiah. Kenaikan bunga KPR khususnya bunga floating ini akan menjadi pertimbangan calon debitur untuk membeli rumah," ujar dia.

Memang dalam skema KPR, ada jenis bunga fixed dan bunga floating. Bunga fixed ini adalah bunga tetap yang diberikan oleh bank dalam jangka waktu tertentu.

Jika bunga fixed ini sudah habis, maka bank akan memberlakukan floating rate atau suku bunga mengambang. Jadi bunga akan berubah mengikuti pergerakan bunga di pasar.

Nah, jika bunga naik maka bunga KPR akan mengikuti naik. Jika turun, ada kemungkinan cicilan juga turun.

Dikutip dari Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI), harga di pasar primer kuartal I-2022 tercatat 1,77% atau lebih tinggi dari periode kuartal sebelumnya 1,47%. Properti residensial adalah properti yang digunakan untuk hunian atau tempat tinggal seperti rumah atau perumahan, rumah susun, sampai apartemen.

Kenaikan indeks harga properti residensial (IHPR) terjadi pada seluruh tipe rumah yaitu tipe kecil 2,01% dibandingkan periode kuartal sebelumnya 1,99%, tipe menengah tercatat 2,18% dibanding kuartal sebelumnya 1,48% dan tipe besar 1,11% dibanding sebelumnya 0,93%.

Peningkatan pertumbuhan IHPR kuartal I-2022 didorong oleh penyesuaian harga yang dilakukan oleh developer sejak awal tahun 2022 dengan berlakunya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 1 namun besarnya dikurangi secara terukur (tapering) dibandingkan tahun 2021.

Dikutip dari laman btnproperti.co.id, harga rumah susun nonsubsidi di Tanjung Barat, Jakarta Selatan mencapai Rp 700 juta. Kemudian harga rumah komersil di Kabupaten Bogor mulai dari Rp 500 jutaan. Lalu rumah nonsubsidi di Depok mulai dari Rp 400 jutaan.

Selanjutnya rumah di Kota Tangerang mulai dari Rp 500 jutaan. Sedangkan Tangerang Selatan mulai dari Rp 370 jutaan.

Penyebab Rumah Mahal

Wakil Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon LP Napitupulu mengakui jika memang variabel yang mempengaruhi harga rumah saat ini sedang mengalami kenaikan.

Terutama untuk rumah-rumah non subsidi. "Untuk rumah non subsidi itu dominan pada harga lahan, bahan baku dan material. Tapi sebenarnya lahan 30%, untuk material itu yang sangat sensitif," kata dia di Menara BTN.

Nixon menjelaskan memang untuk harga rumah, kebijakan pemerintah terkait free PPN untuk pembelian rumah, turut menggerakkan setor perumahan.

"Jujur kita terima kasih dengan kebijakan PPN. Karena ini turut menggenjot penyaluran kredit rumah di bank," jelas dia.



Simak Video "Digital Amnesia, Apa Sih Itu?"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads