Para ekspatriat di Singapura makin kesulitan karena melambungnya harga sewa rumah. Harga sewa rumah di Singapura bergerak menuju level pra pandemi.
Ekspatriat harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar sewa kamar, apartemen, atau rumah. Harga sewa hunian pribadi melonjak 29,7% secara tahunan dibandingkan 2022, tertinggi sejak 2007.
Beberapa orang asing yang tinggal di Singapura menyebut pemilik properti memanfaatkan gejolak pasar untuk menaikkan harga. Beberapa bahkan menggandakan harga sewa. Meskipun laju kenaikan sewa tampaknya mulai melambat, pemilik properti bisa menaikkan harga hingga dua digit.
"Jika harga sewa terus tumbuh dengan mantap, lebih banyak orang akan menelan pil pahit dan membeli properti sebelum membayar harga sewa yang lebih tinggi," kata Kepala Penelitian Asia-Pasifik di Knight Frank, Christine Li dikutip dari CNBC, Jumat (14/4/2023).
Francesca, ekspatriat asal Indonesia yang tinggal di Singapura bersama keluarganya akan kehabisan masa sewa akhir bulan ini. Pada awal tahun, pemilik properti meminta harga dua kali lipat untuk memperpanjang kontrak sewanya.
Wanita berusia 34 tahun itu mengatakan pemiliknya awalnya meminta kenaikan sewa 60%, tetapi kemudian menaikkan tawaran menjadi 100%. "Setiap kali kami bernegosiasi, dia menaikkan harga. Kami benar-benar kesal karena itu tidak adil," kata Francesca.
Kondisi ini membuatnya berpikir untuk mencari hunian baru. Saat berburu rumah yang lebih terjangkau di distrik perbelanjaan Orchard, Francesca melihat apartemen yang 'tampak seperti di film horor', tetapi harga yang ditawarkan $ 10.000.
"Saya akan syuting film horor di sana, tapi saya tidak akan tinggal di sana," candanya.
Francesca menyebut banyak pemilik properti menawarkan 'kesepakatan bebas sewa', demi meyakinkannya agar menyetujui harga sewa tinggi. Tawarannya adalah tidak ada biaya sewa untuk beberapa bulan pertama.
"Ini biasanya terjadi ketika seseorang memiliki banyak properti, dan mereka berharap jika mereka dapat menaikkan sewa di satu properti, mereka juga dapat melakukannya dengan yang lain," jelasnya.
Namun, sejumlah pakar memprediksi harga sewa properti mungkin turun pada akhir 2023. "Bantuan diharapkan datang hanya dari paruh kedua tahun 2023 ketika ekonomi yang melambat dan kejatuhan di sektor teknologi mulai bekerja melalui sisi permintaan pasar persewaan," kata Direktur Eksekutif Penelitian dan Konsultasi di Savill Singapura, Alan Cheong.
Dalam kondisi ini beberapa ekspatriat di Singapura menyebut pemilik properti menuntut harga sewa lebih mahal dari harga pasar. Banyak ekspatriat yang mencoba mencari cara baru demi menghindari meroketnya harga sewa.
(ara/ara)