Waduh! Pencurian Minyak Mentah di Indonesia Meningkat

Waduh! Pencurian Minyak Mentah di Indonesia Meningkat

- detikFinance
Rabu, 02 Nov 2011 19:05 WIB
Jakarta - Bisnis pengeboran dan produksi migas di Indonesia belum aman. Tingkat pencurian minyak mentah dengan modus melubangi pipa penyalur minyak masih marak terjadi.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana kepada detikFinance, Rabu (2/11/2011).

"Yang meningkat tajam adalah soal pencurian minyak mentah dengan modus melubangi pipa penyalur minyak. Hingga ke blokade jalan akses. Trennya masih belum ada tanda-tanda penurunan," kata Gde.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gde mengatakan, pada periode Januari-September 2011 jumlah gangguan keamanan bisnis migas di Indonesia mencapai 1.075 kasus. Ini didominasi oleh pencurian minyak lewat pipa penyalur tadi.

Karena itu BP Migas mengajak TNI dan Polri serta para kontraktor migas untuk bekerjasama menciptakan iklim investasi hulu migas yang kondusif dan aman.

"Jaminan keamanan untuk kelancaran investasi dan operasi industri hulu migas merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung target produksi nasional dan penerimaan negara sektor migas 2011," kata Gde.

Deputi Pengendalian Operasi BP Migas Rudi Rubiandini mengatakan minyak dan gas masih menjadi tumpuan pendapatan negara untuk memenuhi APBN. Nilai penerimaan negara dari sektor migas dalam beberapa tahun dapat dipertahankan pada kisaran 25-35 persen.

Selain itu, migas masih menjadi sumber energi nasional, karena energi lain belum mampu mensubititusi secara signifikan kebutuhan energi nasional. Hingga saat ini, 78 persen masih tergantung pada migas.

Rudi kemudian menjelaskan isu nasional di bidang migas saat ini adalah adanya krisis pasokan migas untuk kebutuhan domestik. Krisis minyak karena produksi tidak dapat mengejar pertumbuhan konsumsi yang sangat cepat, sehingga terjadi kekurangan suplai terhadap demand.

Sementara kekurangan gas terjadi karena adanya penambahan kebutuhan yang sangat cepat, sementara tidak tersedia infrastruktur yang memadai untuk mengejar kebutuhan tersebut.
(dnl/ang)

Hide Ads