Ditanya Swasembada Kedelai, Mentan Suswono Cerita Zaman Soeharto

Ditanya Swasembada Kedelai, Mentan Suswono Cerita Zaman Soeharto

- detikFinance
Senin, 16 Sep 2013 19:53 WIB
Jakarta - Sejak menjabat sebagai Menteri Pertanian (Mentan), Suswono optimistis pada masa kepemimpinannya Indonesia bisa swasembada pangan salah satunya komoditi kedelai. Namun kenyataanya masa tugasnya sebagai menteri yang masih tersisa 1 tahun lagi. Kapan swasembada kedelai bisa tercapai?

Menurutnya untuk bisa swasembada kedelai, Indonesia harus punya lahan 1,6 juta hektar seperti yang pernah terjadi pada 1992 pada masa Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

"Ya kembali, apa namanya, ketika luas lahan panen kita tidak bisa mendekati di angka seperti tahun 1992 (1,6 juta hektar) sulit," ucap Suswono ketika ditemui usai bertemu dengan Kepala Dinas Pertanian se-Indonesia, di Hotel Ciputra, Senin (16/9/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suswono mengungkapkan pada 1992, luas lahan kedelai mencapai 1,6 juta hektar dan saat itu Indonesia swasembada kedelai.

"1,6 juta hektar lahan pertanian untuk kedelai dulu pernah ada tahun 1992, sekarang terus berkurang menjadi hanya 700.000 hektar, ini terus turun," ucap Soswono.

Apalagi dengan kondisi harga kedelai impor yang murah membuat petani rugi menanam kedelai sehingga rugi. "Makanya buat apa nanam (kedelai) rugi gitu, kalau tidak menarik karena tidak ada insentif harga petani tidak mau nanam," katanya.

Ia mengungkapkan di beberapa daerah, komoditi kedelai justru hanya menjadi tanaman selingan setelah padi atau komoditi pangan lainnua. Hal ini juga menjadi salah satu faktor produksi kedelai Indonesia terus turun.

"Jadi lahan tidak dirawat dengan baik dengan sungguh-sungguh, tapi dengan harga yang menarik ini pasti tanaman (kedelai) itu akan dirawat dengan baik supaya hasilnya maksimal, kalau itu yang terjadi maka akan ada peningkatan produksi," jelasnya.

Jadi kapan Indonesia bisa swasembada kedelai?

"Ya kembali, ketika apa luas lahan panennya kita bisa mendekati ketika di angka seperti 1992, artinya ini akan tumbuh dengan sendirinya, dengan peningkatan dengan adanya kepastian yang menguntungkan petani, saya jamin petani akan kembali bergairah menanam kedelai," katanya.

Menurutnya, kegairahan petani harus diimbangi dengan tambahan lahan baru kedelai. Jika ini tidak dilakukan maka akan berdampak pada penurunan produksi jagung karena terjadi pengalihan produksi dari jagung ke kedelai.

"Artinya kalau kedelai menggairahkan, larinya kedelai, jagungnya turun, otomatis tambahan areal baru itu penting, dan kita harapkan mudah-mudahan daerah-daerah potensial pengembangan seperti di delta kayan di bulungan itu potensinya cukup bagus, kita sebenarnya Marauke itu bisa segera," tandasnya.

(rrd/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads