Hari ini, direksi Bakrieland memaparkan kinerja perusahan kepada investor di Epiwalk, Rasunca Epicentrum. Setelah bertemu investor, tak satu pun direksi Bakrieland yang bersedia bertemu dengan awak media.
Salah satu investor yang ditemui detikFinance di lokasi paparan publik Bakrieland mengaku, dia datang ke acara ini untuk meminta kejelasan bisnis dari perusahaan properti Grup Bakrie tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Investor yang tidak mau disebutkan namanya ini mengaku memegang saham-saham emiten Bakrie sejak 2008. Kala itu, saham 'Bakrie Tujuh' menguasai lantai bursa. Bahkan sampai muncul plesetan kalau BEI itu singkatan dari Bakrie Efek Indonesia, bukan Bursa Efek Indonesia.
"Semenjak tahun 2008 mulai beli di Rp 8.000-an, turun sampai Rp 2.000-an. Semua grup dia (Bakrie) kayak akumulasi lagi, makin turun. Sampai sekarang Rp 50 perak. Saya rugi Rp 1 miliar, sampai jual rumah," ujar investor ELTY tersebut kepada detikFinance, Jumat (5/12/2014).
Meski demikian, ia percaya saham Bakrieland ini masih akan naik, sehingga kerugian yang dialami bisa sedikit berkurang. Apalagi selama ini Bakrieland sudah tidak membagi dividen kepada pemegang sahamnya.
"Mungkin 2-3 tahun akan naik sahamnya. Saham bergerak dulu sedikit saja naik saja lumayan, jangan Rp 50 melulu. Sadarlah sama investor. Pembagian dividen sudah 2 tahun investor enggak dibagi," ujarnya.
Saham operator Jungle Land ini sudah menyentuh titik terendahnya sebesar Rp 50 per lembar sejak 30 Mei 2013. Sampai hari ini posisi sahamnya tidak berubah.
Padahal, sahamnya pernah menyentuh titik tertinggi sebesar Rp 690 per lembar pada 28 Februari 2008 alias sebelum krisis ekonomi global. Bakrieland IPO di harga Rp 625 per lembar pada 30 Oktober 1995.
Tak hanya Bakrieland, emiten Bakrie lain yang sahamnya kini 'gocap' antara lain PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP), PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL).
Sementara untuk saham PT Bumi Resorces Tbk (BUMI) saat ini belum masuk kategori 'gocap', tapi sudah mendekati di kisaran Rp 79 per lembar.
(ang/dnl)