Dalam sambutannya, Sudirman mengajak pemangku kepentingan, pejabat dan pegawai di Kementerian ESDM untuk meneladani perjuangan tokoh geologi nasional dalam mengusahakan kekayaan energi nasional untuk sebesar-besarnya kepentingan masyarakat umum.
"Saya mau cerita soal seorang tokoh, Arie Frederik Lasut. Beliau adalah salah satu tokoh geologi profesiaonal, tokoh negarawan, yang gigih memperjuangkan energi untuk kepentingan nasional. Sebelum akhirnya dia mati ditembak karena mempertahankan Ideologi-nya," cerita Sudirman dalam sambutannya tersebut, Senin (28/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, lanjut Sudirman, Lasut punya peluang untuk hidup makmur di masa peralihan penguasaan Jepang ke Pendudukan Belanda dengan menyerahkan pengetahuannya di bidang energi dan kekayaan alam.
"Namun Lasut memilih untuk bertahan dengan ideologinya. Sampai akhirnya beliau harus meregang nyawa. Karena saat ini bangsa pendudukan, bangsa Belada sangat mengincar data kekayaan alam Indonesia. Dari sekian banyak data berharga yang dicari, data sektor kekayaan alam lah yang paling diincar," ujar Sudirman.
Di masa ini, kata Sudirman, kita tidak perlu berjuang dengan meregang nyawa. Yang terpenting kata Sudirman, adalah mempertahankan semangat untuk mengawal pemanfaatan sumber daya alam Indonesia bagi kemakmuran rakyat.
"Hari ini konteksnya berbeda. Berjuang hari ini tidak perlu meregang nyawa. Cukup kejernihan hati, kelurusan sikap kita. Meskipun spiritnya sama. Bahwa energi dan kekayaan alam bumi Indonesia harus dimanfaatkan sebesar-besarnya kepentingan bangsa," tegas dia.
Hadir dalam upacara hari ini adalah Menteri-menteri ESDM dari masa ke masa. Hadir pula tokoh pemerintahaan di era sebelumnya seperti Ginanjar Karta Sasmita.
Hadir pula, petinggi BUMN dan perusahaan energi dan pertambangan nasional seperti Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT PGN (Persero) Hendy Prio Santoso.
(dna/rrd)