Ketua Umum Gabungan Asosiasi Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin berujar, kenaikan harga kedelai impor tersebut tentu akan memukul industri tahu dan tempe rumahan.
"Jelas akan mempengaruhi harga tahu tempe. Karena bahan bakunya tempe atau tahu ya 100% kedelai. Memang sekarang kenaikannya masih bisa ditolerir, tapi trennya ini terus naik," jelas Aip kepada detikFinance, Rabu (21/20/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama harga kedelai masih belum melewati Rp 8.000/kg masih bisa disiasati, untuk menghindari rugi kita volumenya. Karena kalau menaikkan harganya itu nggak bisa, karena konsumen kita itu rata-rata masyarakat kecil," kata Asep.
"Kalau naiknya tinggi sekali seperti dulu kita sampai demo. Jangan sampailah," imbuhnya.
Sebagai informasi, kebutuhan kedelai dalam negeri sendiri setiap tahun sebesar 2,7 juta ton dan terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sementara produksi kedelai dalam negeri berkisar sekitar 800.000 setahun dengan kekurangannya dipenuhi dari impor. (wdl/drk)