"Tidak cukup (produksi gula nasional), tetap harus impor," jelas Enggar saat menghadiri upacara kirab tementen tebu di Pabrik Gula (PG) PS Maduksimo Bantul, Jumat (21/4/2017) sore.
"Untuk jumlah (gula) yang diimpor, tergantung hasil produksi (gula) yang dihasilkan. Kekurangan itu yang harus diimpor," lanjut Enggar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanya pemerintah bakal mengimpor gula dari negara mana, Enggar enggan menjawab. Menurutnya impor gula yang akan dilakukan pemerintah bisa dari negara manapun.
Makanya dia berharap agar produksi gula nasional yang dihasilkan dari pabrik gula swasta maupun BUMN meningkat.
Seperti di PG PS Maduksimo, dia berharap agar produksi gula yang dicanangkan pihak pabrik terlampaui. Sehingga dapat menambal kekurangan gula di daerah lainnya.
"Sore hari ini ada ritual dimulainya giling tebu. Sekarang tinggal mengharap dan berdoa bersama, semoga produksinya meningkat, dan tanaman tebu berhasil dengan baik," harapnya.
Baca juga: Harga Gula Tertinggi Dipatok Rp 12.500/Kg, Mendag: Petani Tak Akan Rugi
Meski produksi gula nasional belum mencukupi kebutuhan dalam negeri, Enggar menjamin harga gula di pasaran tidak akan melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Untuk HET gula pemerintah mematok harga Rp 12.500. Diharapkan kebijakan ini tidak hanya berlaku di toko modern macam ritel saja, tapi juga di pasar tradisional di seluruh Indonesia.
"Sudah kami tetapkan HET-nya. Sekarang sudah efektif (berlaku), sudah berjalan. Mulai dari toko ritel modern (harta gula sudah) Rp 12.500. Kalau di pasar tradisional sekarang sudah mulai turun, yang awalnya Rp 13.700 rata-rata menjadi 13.000," sebutnya.
"Semoga mereka (pedagang pasar tradisional) bisa menyesuaikan (harga) gula untuk merk apapun," pungkas Enggar," pungkas Enggar. (hns/hns)