Apa yang Terjadi Bila Jakarta Tetap Jadi Ibu Kota?

Apa yang Terjadi Bila Jakarta Tetap Jadi Ibu Kota?

Maikel Jefriando - detikFinance
Senin, 08 Mei 2017 18:31 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Alasan di balik pemindahan ibu kota, salah satunya untuk pemerataan ekonomi di Indonesia. Bila dipaksakan dengan kondisi seperti sekarang, maka Jakarta menjadi semakin padat dan ekonomi Indonesia tak berkembang.

Bagi Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Indonesia bukan soal Jawa dan luar Jawa. Lebih dari itu sebenarnya Indonesia terpatok pada Jakarta dan Luar Jakarta.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, bahwa pada 2015, Jakarta memegang porsi 16,95% atas Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Wilayah di sekitar Jakarta, yaitu Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi juga memiliki porsi yang besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada periode yang sama, porsi Bogor mencapai 1,44%, Tangerang 1,08%, Bekasi 2,11% dan Depok sekitar 0,7%. Bila ditotal maka porsinya bisa mencapai 22,28% dari PDB nasional.

"Artinya 1/5 dari ekonomi Indonesia ada di Jabodetabek. Jadi menurutsaya ini sudah terlalu berat bebannya," kata Bambang dalam wawancara khusus dengan detikFinance, Senin (8/5/2017).


Bambang memantau perkembangan ekonomi Indonesia sejak merdeka, bukan mengarah ke pemerataan hingga perbatasan. Akan tetapi justru semakin mengerucut ke wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal ini menurut Bambang sangat mengkhawatirkan.

"Jadi ini sudah konsentrasi ekonomi yang terlalu tinggi," tegasnya.

Dalam praktiknya memang terlihat alami, layaknya mekanisme pasar seperti yang terjadi pada banyak negara. Akan tetapi seharusnya ada peran pemerintah agar penumpukan tidak terjadi mengalir begitu saja.

Ibu kota tidak mungkin tetap di Jakarta, atau pindah ke Jonggol seperti yang sempat diwacanakan pada era Presiden Soeharto. Sebab justru mendorong kembali terjadinya penumpukan. Bahkan bisa saja 1/4 ekonomi Indonesia adanya di wilayah yang sama.

"Kalau kita taruh di Jawa seperti ide orde baru di Jonggol, itu malah memperbesar. Bahkan nanti bisa 1/4 dari ekonomi Indonesia," ujarnya.

[Gambas:Video 20detik]



Penumpukan ekonomi akan menimbulkan berbagai persoalan Jakarta, seperti macet, kepadatan penduduk, banjir hingga permukaan tanah yang turun sudah dirasakan sekarang. Bambang menyebut potensi bencana di Jakarta seakan sudah di depan mata.

Kondisi tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakefisienan dalam aktivitas di Jakarta. Apalagi kemudian ketika melihat urbanisasi dan degradasi lingkungan di Kota Jakarta dan Pulau Jawa semakin meningkat dan berdampak pada perekonomian dan pembangunan nasional.

"Jakarta sudah terlalu berat bebannya," tegas Bambang. (mkj/ang)

Hide Ads