Mengintip Bisnis Obat Kuat Kaki Lima di Jakarta

Mengintip Bisnis Obat Kuat Kaki Lima di Jakarta

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Kamis, 18 Mei 2017 07:39 WIB
Foto: Fadhly Fauzi Rachman
Jakarta - Tak ada yang berbeda pada ruas jalan Matraman hingga Jatinegara di siang hari. Suasananya sama seperti jalan raya Jakarta pada umumnya. Tapi di malam hari, sisi lain Jakarta hadir di kawasan itu.

Di tengah keramaian lalu lintas, para penjaja obat kuat berderet di sepanjang ruas jalan tersebut. Bermodal gerobak yang dimodifikasi untuk berjualan, mereka menawarkan aneka jenis obat kuat di pinggir jalan terbuka.

Puluhan jenis obat kuat tersedia. Mulai dari bentuk kapsul, pil, bubuk, hingga cair dengan berbagai merek bisa dicari di sana. Semuanya tertata dengan rapi di atas rak yang telah disusun.

Kawasan di sepanjang jalan Matraman hingga Jatinegara sendiri memang sudah terkenal sejak lama sebagai lokasi bisnis suplemen pembangkit gairah tersebut. Tak kurang dari 10 gerobak penjual obat kuat telah menampakan diri di sepanjang jalan selepas Magrib.

Masyarakat tak merasa asing lagi dengan para pedagang obat kuat di sana. Dengan posisi lapak yang berada di pinggir jalan, tentu memudahkan sejumlah pengguna jalan, mulai dari pejalan kaki, pengendara sepeda motor, hingga mobil bisa mudah berhenti untuk melakukan transaksi, tanpa harus turun dari kendaraan, mirip layanan drive thru restoran cepat saji.

Mengintip Bisnis Obat Kuat Kaki Lima di JakartaFoto: Fadhly Fauzi Rachman



"Daerah sini memang sudah terkenal dari dulu jadi tempat khas pedagang obat kuat, orang banyak cari ke sini" ujar salah seorang pedagang obat kuat bernama Rinto, saat berbincang dengan detikFinance di gerobaknya, Selasa (16/5/2017) malam.

Rinto mengatakan, berbagai obat kuat baik lokal mau pun impor tersedia di lapaknya. Ada viagra dari Amerika, lalu Black Ant asal China, hingga merek-merek lokal seperti Urat Madu. Harga-harga yang dipatok untuk setiap mereknya beragam, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.

Mengintip Bisnis Obat Kuat Kaki Lima di JakartaFoto: Fadhly Fauzi Rachman



Obat-obat kuat itu biasa dijual dengan cara diecer per tablet. Harganya bervariasi. Seperti viagra, satu tabletnya dihargai hingga Rp 100 ribu. Kemudian untuk obat dengan kualitas di bawahnya, seperti Maximum Powerful, dijual seharga Rp 45 ribu per tablet. Sementara obat kuat Black Ant dibanderol Rp 30 ribu untuk satu sachet berisi dua kapsul. Atau kalau cari yang lebih murah, merek lokal seperti Urat Madu dijual seharga Rp 10 ribu per sachetnya.

Untuk masalah khasiat, Rinto mengatakan, viagra masih menjadi obat yang paling ampuh. Namun karena harganya yang mahal, pembeli lebih senang memilih merek asal China yang lebih terjangkau, dengan kualitas tak jauh beda.

"Kalau Viagra setengah tablet saja kuat semalaman. Black Ant juga lama, tapi enggak selama Viagra. Minumnya setengah sampai satu jam sebelum berhubungan, nanti langsung terasa khasiatnya," jelas Rinto.

Selain itu, Rinto mengatakan, setiap obat memiliki efek samping yang berbeda-beda. Terutama untuk viagra. Bagi penderita penyakit jantung, Rinto menyarankan untuk tidak menkonsumsi viagra. Mengkonsumsi Viagra, kata Rinto, akan membuat denyut jantung bekerja lebih cepat.

"Ini bisa bikin deg-degan, bahaya kalau yang punya penyakit jantung minum Viagra," katanya.

Sedangkan untuk jenis lainnya dapat dikonsumsi oleh siapa saja, tanpa menimbulkan efek samping. Walaupun, sebenarnya Rinto tak begitu paham dengan komposisi bahan baku obat kuat yang dia jual.

Rinto mengaku bisa menjelaskan khasiat obat kuat karena pernah mencobanya.

"Ini aman, saya jamin. Sudah pernah saya pakai semua kok. Barangnya juga asli," tutur Rinto. (hns/wdl)