Susi: Orang Jepang Makan Ikan 86 Kg/Tahun, RI Cuma 40 Kg

Susi: Orang Jepang Makan Ikan 86 Kg/Tahun, RI Cuma 40 Kg

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 23 Mei 2017 14:00 WIB
Foto: Michael Agustinus/detikFinance
Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti belakangan semakin gencar menyuarakan ajakan gemar makan ikan kepada masyarakat. Bukan tanpa alasan, Susi mengaku sangat gencar mengajak masyarakat gemar makan ikan lantaran konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah. Terlebih lagi Indonesia di masa datang akan diisi oleh para generasi muda harus menjadi generasi yang hebat dan sehat.

Hal ini disampaikannya saat Festival Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara, bersama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) melalui Dinas Potensi Maritim (Dispotmar).

"Kalau dilihat dari statistik dibandingkan dengan negara-negara lain, Jepang misalnya sekarang sudah makan 86 kg per kapita/tahun. Indonesia baru pertama kali menginjak di atas 40 kg per kapita tahun 2016, sebelumnya tahun 2014 konsumsi di Indonesia hanya 36 kg per kapita, tahun 2015 naik menjadi 41 kg per kapita," katanya seperti dikutip detikFinance dari keterangan resmi di Jakarta, Selasa (23/5/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski terjadi peningkatan konsumsi, namun tetap saja jumlah ini masih sangat kecil mengingat potensi perikanan Indonesia yang sangat besar. Ketersediaan ikan saat ini diakuinya sebagai buah dari kerja keras berbagai instansi di Indonesia misalnya jajaran TNI, khususnya TNI AL, Polair, dan Kejaksaan yang turut memerangi praktik illegal, unreported and unregulated fishing (IUU Fishing).

"(Pemberantasan IUU Fishing) telah memberikan 7 kg tambahan konsumsi ikan dalam dua tahun ini kepada masyarakat. Kalau dihitung (kenaikan 7 kg dikali dengan) 250 juta (penduduk Indonesia) itu adalah 1.750 ton (ikan) telah dikonsumsi oleh bangsa Indonesia. Kalau dinilai Rp 10 ribu (per kg), itu (bernilai) Rp 175 triliun, dan itu nilai ekonomi yang luar biasa yang telah kita nikmati dari hasil perang melawan illegal fishing," ungkapnya.

Untuk itu, Ia mengimbau masyarakat Indonesia lebih gemar makan ikan agar dapat tumbuh sehat dan cerdas.

"MEA sudah datang, persaingan kompetisi antar-negara untuk sumber daya manusia makin kencang dan makin terbuka juga direct head to head. Kita perlu otak tumbuh besar, kita juga perlu badan juga yang besar dan sehat," ucapnya.

Secara khusus, Ia mengingatkan, anak-anak Indonesia usia umur 1-10 tahun harus mendapat asupan protein yang cukup demi pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasannya. Menurutnya, ikan dapat memenuhi kebutuhan asupan protein tersebut. Menteri Susi mengaku gemas dengan kebiasaan konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah.

"Kita harus paksa makan ikan, kita harus segerakan kampanye nasional, kalau tidak, orang lain tambah besar tambah tinggi, orang Indonesia makin mengecil. Dan nanti untuk kompetisi bersaing di bidang pekerjaan dengan orang-orang dari negara lain. Nanti bisa saja tukang becak dari orang Filipina. Nah, repot kalo sudah begini, karena bangsa Indonesia sudah tidak punya kemampuan lagi. Jadi makan ikan sangat sehat, dan ikan ini akan menjadi sumber daya yang diperebutkan di berbagai negara," tegasnya.

Selain menyehatkan masyarakat, perilaku gemar mengkonsumsi ikan, menurutnya juga akan menghemat belanja negara dengan beralih dari konsumsi daging impor kepada ikan yang banyak tersedia di lautan Indonesia. Ini juga akan membantu rumah tangga karena harga ikan jauh lebih murah daripada harga daging.

Untuk itu Ia menilai, memang sudah seharusnya masyarakat melakukan pergantian konsumsi daging dan ayam kepada ikan. Terlebih menurutnya, peternak daging dan ayam kadang nakal menyuntikkan hormon pertumbuhan kepada ternak mereka agar tumbuh besar dan berat, di mana jika dikonsumsi hormon tersebut tidak baik untuk kesehatan.

"Kita jaga Laut Banda, kalau induknya yang dipasangi rumpon di tengah laut tidak bisa pulang ke Laut Banda, siapa yang akan beranak? Bibit tuna atau yang saya bilang bayi-bayi tuna tidak muncul dari buih laut, ombak laut, tapi dari induk yang bertelur. Kalau induknya kalian habiskan di laut, tidak ada yang pulang ke rumahnya, ya tidak ada yang beranak," tukasnya. (dna/dna)

Hide Ads