Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batubara Supriatna Suhala mengatakan, hingga semester I-2017 pertumbuhan produksi batubara mengalami perbaikan, jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Ya sebetulnya tidak signifikan, sekarang produksi sudah sekitar 200 jutaan ton lebih dari target 470 juta ton, kalau tahun lalu diperkirakan 410 juta ton," kata Supriatna saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Jumat (4/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Supriatna memastikan, menggeliatnya sektor pertambangan bisa dilihat dari pergerakan harga komoditasnya. Seperti harga batubara di awal 2016 yang hanya berkisar antara US$ 60 per ton, saat ini harga tersebut berada di zona 'nyaman' yakni sekitar US$ 80 per ton.
"Harga US$ 80-82 per ton, nyaman itu maksudnya menguntungkan, jadi orang yang tutup sekarang mau buka lagi," jelas dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association memastikan, sektor pertambangan masih dalam pertumbuhan yang baik.
"Harga-harga komoditas seperti nikel, batubara naik, volume ekspor juga tidak turun," tukasnya. (mkj/mkj)