Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah memberikan bantuan alat tangkap yang bisa digunakan menggantikan alat tangkap yang tak ramah lingkungan tersebut.
"Sekarang ikan sudah banyak, bapak tidak perlu ngebom lagi. Kalau anda orang yang punya agama, ada hadis bilang orang kufur sama nikmat Tuhan itu nanti celaka. Tuhan sudah kasih banyak ikan pada kita, masih saja rumah ikan dibom oleh kita," kata dia dalam paparannya kepada nelayan di SKPT Selat Lampa, Natuna, Senin (7/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Susi, penangkapan ikan dengan menggunakan cara di atas bisa menghambat keberlanjutan laut di Natuna. Hal tersebut sudah bisa dilihat dengan banyaknya karang yang sudah rusak di laut Natuna.
Usaha pemerintah dengan mengusir kapal-kapal asing pun nanti bisa sia-sia.
"Pemerintah dan rakyat harus kerja sama-sama. Kalau pemerintah saja bekerja menjaga, semua aparat bergerak, yang menikmati ikan kan juga bapak-bapak. Yang dapat uang dan penghasilan adalah bapak-bapak semua," ucapnya.
Banyaknya kapal pencuri ikan yang telah pergi dari laut Natuna dilihat dari berkurangnya pasokan ikan di Thailand dan Vietnam. Padahal selama ini kedua negara tersebut cukup kuat dalam ekspor ikan, yang ikannya diambil dari wilayah perairan Indonesia.
"Orang Thailand dan Vietnam sudah tidak punya ikan di negerinya. Laut mereka sudah kering, mereka buat moratorium tidak boleh tangkap mulai bulan Mei kemarin. China juga sama. Total moratorium tidak boleh tangkap," tukasnya. (eds/ang)