Raker semula diagendakan pada pukul 14.00 WIB dan baru dimulai pada pukul 16.53 WIB atau molor hampir 3 jam. Setelah berlangsung, pihak pemerintah yang diwakili Sri Mulyani menjelaskan tiga agenda pertemuan.
Usai membacakan, para anggota Komisi XI diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terkait apa yang disampaikan pemerintah. Salah satunya adalah Haerul Saleh yang berasal dari fraksi Partai Gerindra. Dia meminta pemerintah untuk menjelaskan manfaat dari penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 di Bali, bahkan dirinya meminta kepada pemerintah untuk berkonsultasi terkait dengan anggaran gelaran tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi itu, Sri Mulyani menuturkan, protes yang dilontarkan sebaiknya dilakukan sejak awal pemerintah mengajukan keinginannya untuk menjadi tuan rumah gelaran IMF-WB 2018.
"Untuk menjawab Pak Haerul, mungkin ada baiknya kalau pemerintah dulu mau mengajukan diri menjadi host sebaiknya harusnya ditanya terlebih dahulu oleh Komisi XI, sehingga tidak kita sudah dipilih apakah pantas kita menjadi host-nya, harusnya sequence politiknya seperti itu, waktu pemerintah Indonesia mengajukan diri untuk ikut bidding seharusnya sudah ada suatu pemikiran yang sangat firm mengenai apa manfaat, maupun implikasinya bagi peranan Indonesia di dunia internasional," tutur Sri Mulyani.
Waktu menunjukan pukul 18.00, Pimpinan rapat yang dikomandoi oleh Wakil Ketua Komisi XI Hafisz Tohir memutuskan untuk menskros raker hingga pukul 19.00 WIB. Satu jam setengah atau sekitar pukul 19.30 WIB, skors dicabut oleh pimpinan rapat yang diambil alih oleh Wakil Ketua Komisi XI Muhammad Prakosa.
Tidak banyak basa basi, Prakosa langsung membacakan terkait dengan draft kesimpulan yang sudah dirancang oleh sekretariat. Terdapat empat kesimpulan yang sudah terpampang dalam layar. Namun belum usai membacakan, Haerul Saleh kembali meminta instruksi.
"Nomor satu saja sudah diprotes, bagaimana sih," kata Haerul.
Dalam melontarkan intrupsi, Haerul kembali mempertanyakan terkait dengan efektivitas dan efisiensi Kementerian Keuangan dalam menggunakan anggarannya yang dialokasikan untuk gelaran IMF-WB tahun depan.
Namun belum usai memberikan tanggapan, Haerul langsung dipotong oleh intrupsi dari Anggota Komisi XI dari Partai Golkar, Muchammad Misbakhun yang menganggap tanggapan tersebut tidak sesuai dengan substansi yang ada.
Perdebatanpun mulai menjadi memanas, terutama Haerul yang terlihat tidak suka tanggapannya dipotong begitu saja.
"Pimpinan, intrupsinya diam dulu, saya selesaikan dulu, Kau mancing saya kah," kata Haerul menimpalkan Misbakhun.
Haerul kembali melanjutkan tanggapannya, dengan mengucapkan bahwa Sri Mulyani didoakan untuk menjadi presiden karena kebijakan-kebijakan yang diterbitkannya. Namun, belum usai menyampaikan, Misbakhun kembali memotongnya.
"Ini tidak ada subtansinya bu menteri menjadi presiden atau tidak pak," kata Misbakhun.
Sebagai pimpinan rapat, Prakosa hanya berusaha menenangkan keduabelah pihak, dengan meminta Haerul untuk mempercepat penyelesaian tanggapannya.
"Agak dipercepat Pak Haerul," kata Prakosa.
Haerul pun kembali mengucapkan tanggapannya, dan justru memberikan masukan kepada pemerintah terkait dengan anggaran gelaran IMF-WB tahun depan agar bisa dilakukan dengan melibatkan perusahaan-perusahaan besar, tujuannya agar tidak memberatkan APBN.
Dia mencontohkan seperti Singapura yang melibatkan 44 perusahaan besar yang berkontribusi sehingga kegiatan pertemuan tersebut dapat terlaksana. Oleh karenanya, dia mengaku kecewa dengan aksi anggota dari fraksi lain yang tidak mengkritisi hal tersebut. Namun, kembali Misbakhun memotong dan membuat suasana ruang rapat Komisi XI memanas, karena beradu argumen.
"Protes pimpinan, dia tidak berhak mengomentari apapun, tidak bisa pak, saya minta dicabut kalimat itu, tidak bisa anggota mengomentari anggota lain," kata Misbakhun.
"Protes saja lah termasuk kau sekarang diam, saya tidak akan mencabut sampai mati," timpal Haerul sambil menunjuk Misbakhun.
Melihat kejadian tersebut, Prakosa yang selaku pimpinan rapat langsung mengetuk palu kurang lebih sebanyak empat kali untuk melerai kedua belah pihak.
"Begini, Pak Haerul kalau ingin memberikan komentar atau pendapat substansinya jelas," kata Prakosa.
"Substansinya ini, tolong media catat, substansinya kalau ini dipaksain diseutjui hari ini, kami tidak dapat menyetujui terkait pelaksanaan IMF-WB ini," jawab Haerul.
Usai aksi adu debat tersebut, akhirnya diluruskan oleh Wakil Ketua Komisi XI Soepriyatno dari Fraksi Partai Gerindra, dia menyebutkan, tujuan yang disampaikan rekan satu partainya itu lebih kepada pemerintah untuk menggunakan anggarannya seefisien dan seefektif mungkin. Serta, memberikan masukan kepada pemerintah jika bisa melibatkan perusahaan-perusahaan besar dalam pagelaran IMF-WB agar APBN tidak terbebani.
"Itu saja maksudnya, kalau nanti Singapura dilakukan kerja sama 44 perusahaan, bisa enggak, intinya dimasukan ke dalam nomor 2, kita tekankan di situ agar pemerintah efisien dan efektif dan penggunaan anggaran IMF-WB, itu ada di kesimpulan nomor 2, makanya sekarang jalan," kata dia.
Setelah itu, Prakosa pun langsung mengambil alih rapat kembali dan langsung membacakan poin demi poin kesimpulan yang sudah terpampang di layar proyektor ruangan rapat Komisi XI.
Sebagai informasi, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia (IMF-World Bank) di Bali. Anggaran yang disediakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) Rp 810 miliar. (hns/hns)