Tahun ini, 7- Eleven telah menutup seluruh gerai yang ada di Indonesia. Terhitung per 30 Juni 2017 lalu, seluruh gerai Sevel di bawah manajemen Modern Sevel Indonesia (MSI) berhenti beroperasi.
Manajemen menyebutkan, tutupnya gerai disebabkan perusahaan memiliki keterbatasan sumber daya untuk menunjang kegiatan operasional 7-Evelen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah Sevel, pada September 2017 masyarakat dikejutkan dengan pesan melalui Whatsapp yang beredar, Matahari department store akan menutup dua gerainya di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M. Pihak Matahari pun memberikan diskon besar-besaran sebagai salah satu cara untuk menghabiskan barang dagangan.
Corporate Secretary & Legal Director PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), Miranti Hadisusilo, saat itu mengatakan penutupan cabang tersebut dilakukan karena pemasukannya tidak sesuai yang diharapkan. Hal itu lantaran pengunjung di kedua cabang tersebut terbilang sepi.
Dia juga mengakui, kinerja keuangan dari kedua gerai tersebut jarang sekali mengantongi untung. Miranti menjelaskan, kedua gerai tersebut beroperasi sejak 2015. Biasanya satu gerai Matahari sudah balik modal dalam waktu 1 tahun. Namun hingga kini kedua gerai itu belum mencapai titik balik modal atau Break Even Point (BEP).
"Untuk cabang lainnya masih dalam keadaan sehat dan mampu meraup penjualan yang positif," kata dia. Hingga akhir Juni Matahari mengantongi penjualan sebesar Rp 10 triliun dari jumlah toko sebanyak 156 cabang.
Kemudian paling baru satu bulan setelah Matahari tutup gerai, PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAP) menutup gerai Lotus Department Store di Thamrin. Manajemen menyebutkan akan menutup 5 cabang Lotus karena kinerja yang kurang baik.
Keputusan untuk menutup gerai adalah bagian dari strategi perseroan untuk melakukan restrukturisasi toko ritel yang dimiliki.
MAP akhir tahun juga akan menutup gerai Debenhams yang lisensinya berasal dari Inggris. Head of Corporate Communication MAP, Fetty Kwartati, mengatakan keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel secara global. Apalagi perubahan gaya berbelanja dari offline ke online mulai merambah Indonesia
Dia menjelaskan di seluruh dunia, tren berbelanja generasi millenial telah beralih dari department store, dan memilih untuk berbelanja di gerai specialty store. Hal ini juga terjadi tidak terkecuali di Indonesia.
Sejalan dengan tren pasar saat ini, MAP akan terus berinvestasi pada bisnis Active, Fashion dan Food & Beverage. "Indonesia juga melihat pertumbuhan signifikan industri e-commerce yang berdampak pada offline store," kata Fetty.
Sekedar informasi, Lotus dioperasikan oleh PT Java Retailindo (JR) yang sahamnya 100% dimiliki oleh MAP. JR telah beroperasi sejak tahun 2000 dan hingga akhir Juni asetnya Rp 49,5 miliar.
Menanggapi toko ritel yang berguguran, Menko Perekonomian, Darmin Nasution, menjelaskan ini adalah hal yang normal dalam bisnis, karena saat ini situasinya sudah berkembang dan menjadi dinamis.
Selain itu, kata Darmin, tutupnya ritel atau munculnya ritel baru juga menjadi bagian dari hal yang normal. "Ada yang tersingkir ada yang bangkit dan ada yang muncul. Normal," ucapnya.
Darmin mengatakan, tumbangnya sejumlah toko ritel terjadi bukan karena penurunan daya beli. Namun karena pelanggan atau pembeli yang mulai berkurang. (wdl/wdl)