![]() |
Dalam laporan BPS, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93%. Sedikit lebih rendah dibandingkan dua kuartal sebelumnya yang 4,95% di kuartal I dan 4,94% di kuartal II. Secara umum, BPS menggambarkan kedua sisi polemik.
"Pada dasarnya kedua hal tersebut terjadi di Indonesia pada saat ini," kata Kepala Ekonom PT BTN Tbk, Winang Budoyo dalam risetnya yang dikutip detikFinance, Selasa (7/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini tidak terlepas dari turunnya kepercayaan (confidence) mereka untuk melakukan konsumsi (spending) di tengah kondisi ekonomi yang dianggap masih belum menentu.
![]() |
Ritel Anjlok
Sektor ritel terkena imbas cukup parah akibat kondisi konsumsi masyarakat. Banyak ritel yang kemudian tutup, meskipun diakui beberapa perusahaan sebagai bentuk strategi bisnis.
Dalam analisa Winang, tergambar persoalan ini berawal dari kejatuhan harga komoditas di 2012-2013. Penghasilan masyarakat yang tadinya tinggi tiba-tiba ikut merosot tajam dan memukul beberapa komponen pengeluaran.
"Ketika penghasilan riil turun (upah nominal naik tapi jam kerja berkurang) sementara ada jenis konsumsi yang tidak bisa (tidak mau) diturunkan seperti makanan dan rekreasi, maka rumah tangga mulai mengurangi jenis konsumsi jangka pendek seperti piranti dan perlengkapan Rumah Tangga. Pengurangan kedua jenis konsumsi ini yang membuat penjualan ritel mengalami kelesuan," jelasnya.
![]() |
Masih tingginya pengeluaran untuk rekreasi dapat juga ditelusuri dari pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan yang terus menunjukkan tren meningkat sejak 2015. Seluruh moda angkutan mengalami percepatan pertumbuhan pada 9 bulan di 2017 kecuali angkutan darat yang stabil pada angka sedikit di atas 7% yoy.
Berkaca pada sumber masalah tidak bergeraknya konsumsi rumah tangga, maka kebijakan yang harus diambil adalah kebijakan yang dapat menaikkan daya beli masyarakat melalui tambahan penghasilan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah.
Sementara untuk kelas menengah ke atas dibutuhkan kebijakan yang dapat mendorong confidence mereka untuk terus berbelanja, karena sebenarnya mereka masih mempunyai daya beli. Kedua jenis kebijakan ini bukan hanya dapat mendorong konsumsi atas piranti dan perlengkapan rumah tangga namun juga dapat menggairahkan kembali penjualan ritel.
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2017 hanya sebesar 5,06% yoy sehingga dibutuhkan usaha ekstra keras pada kuartal IV-2017. Investasi dan ekspor diperkirakan masih akan meningkat namun sangat tergantung pada kondisi global, terutama ekspor yang masih sangat tergantung pada perkembangan harga komoditi global.
Meski demikian, riset BTN cukup optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,1% yoy masih dapat tercapai. (mkj/hns)