Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani menyambut baik pernyataan tersebut. Menurutnya selaku pelaku dunia usaha memang sudah sepatutnya selalu optimistis.
"Memang kita sebagai pengusaha harus optimis. Ya namanya ekonomi bisnis up and down pasti biasa," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Rabu (29/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Rosan tetap merasa ada perlambatan pertumbuhan daya beli di masyarakat. Dia memandang kemungkinan Jokowi melihat secara general, sebab jika dilihat berdasarkan per sektor cukup terasa perlambatannya.
"Pasti dari statistik memang menunjukan tidak melemah, tapi di satu sisi mungkin ada sektor melemah ada sektor lain meningkat. Jadi kalau dilihat secara keseluruhan tidak tidak terjadi penurunan," terangnya.
Selaku Ketua Umum Kadin, Rosan mengaku mendapatkan laporan dari berbagai asosiasi usaha seperti ritel yang melaporkan adanya gangguan dalam pertumbuhan bisnisnya.
"Kita melihatnya banyak dari yang kasat matanya, dari ritel, dari teman-teman asosiasi. Seperti asosiasi mal menyampaikan banyak (tenant) yang tutup, karena penjualan turun dan juga laporan dari Indomaret dan Alfamart. Mereka bukan stagnan, pertumbuhannya menurun, jadi tumbuh tapi tidak sebesar tahun lalu," tambahnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat bingung dengan penilaian banyak pihak yang menyebutkan daya beli masyarakat Indonesia melemah. Secara tegas, Jokowi memastikan itu tidak benar.
Pernyataan Jokowi dilandasi oleh penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tumbuh 12,1%, sementara tahun lalu hanya 2%. Tingginya pertumbuhan PPN, berarti ada peningkatan transaksi jual beli di tengah masyarakat.
Data pendukung lainnya adalah sektor pariwisata. Turis asing masuk ke Indonesia mencapai 10,46 juta orang atau naik 25%. Sementara di negara lain hanya sekitar 5%.
"Momentum ini harusnya memberikan optimistis. Jangan pesimis. Ini kalangan dunia usaha juga kayaknya, jangan senang yang pesimis-pesimis," papar Jokowi.
Jokowi juga menyampaikan kondisi ekspor, dari Januari sampai September 2017 mencapai US$ 123,36 miliar atau naik 17,36%. (mkj/mkj)