Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Agung Wiharto mengungkapkan, penurunan laba bersih perseroan beberapa tahun terakhir membuat perseroan melakukan efisiensi.
"Laba bersih kita di 2014 hampir Rp 6 triliun, kemarin di triwulan ketiga hanya Rp 1,3 triliun, anjlok. Jadi tahun ini kita enggak sampai Rp 2 triliun karena hasilnya bisa ketahuan 3 bulan terakhir," ujar Agung kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (29/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang pertanyannya apakah kita akan biarkan mereka terus, membiarkan pabrik semen terbesar di Indonesia akan tinggal nama doang. Nah, jadi gini dengan kondisi seperti itu enggak boleh kita biarkan, jadi unit-unit cost kita satukan, unit-unit cost satukan procurement satukan," tutur Agung.
Agung mencontohkan langkah efisiensi yang dilakukan Semen Indonesia, antara lain tugas bagian marketing hingga procurement yang ada di masing-masing anak usaha Semen Indonesia dilakukan di induk perusahaan, atau Semen Indonesia.
"Kita ini kan punya 3 unit, Gresik, Padang dan Tonasa. Masing-masing pemasaran sendiri, pembelian sendiri. Nah ini yang disatukan kenapa enggak jadi satu saja yang penting kinerja naik dan seluruh pegawai dapat manfaat itu," ujar Agung.
Semen Indonesia beserta anak usaha masih menjadi jawara dalam penjualan semen di dalam negeri dengan menguasai penjualan mencapai 40%. Akan tetapi, angka ini mengalami penurunan dibandingkan 5 tahun lalu sebesar 49%.
Lebih parah lagi, Agung melanjutkan, terjadi penurunan EBITDA margin dari 40% di 2012 menjadi 19% di 2017 ini. "Sebenarnya penurunan marketshare oke dengan persaingan seperti ini tapi paling parah penurunan margin," tutur Agung.
Mengutip laporan keuangan SMGR kuartal III-2017, pendapatan perseroan tercatat Rp 20,5 triliun atau naik tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 19 triliun. Akan tetapi, beban keuangan perseroan membengkak menjadi Rp 522 miliar dari periode sebelumnya Rp 252 miliar.
Laba bersih pada kuartal III-2017 tercatat Rp 1,47 triliun atau turun signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 2,9 triliun. (ara/ang)